Akachan To Boku

Satu minggu belakangan ini, saya benar-benar terbawa dengan sebuah anime Jepang berjudul "Akachan To Boku". Setiap episode berhasil membuat mata saya basah. Banyak makna-makna kehidupan yang dapat saya ambil dari anime yang satu ini. Akachan To Boku dapat diterjemahkan menjadi Baby and Me. Ya, anime ini mengisahkan tentang kehidupan sebuah keluarga yang terdiri dari Papa, Mama, Takuya, dan si kecil, Minoru. Mereka keluarga kecil yang bahagia.

 

Namun, ibarat roda yang berputar, demikian juga halnya dengan kehidupan. Saat sang Mama sedang berjalan dengan mendorong kereta bayinya Minoru, tiba-tiba truk besar menghampiri. Ia tak sempat menghindar, namun Minoru yang tertidur pulas dalam kereta bayi terselamatkan. Ibarat petir yang menyambar tiada henti, tak ada yang mampu dilakukan Takuya dan Papa selain mengikhlaskan kepergian istri sekaligus mama tercinta.


Semenjak hari itu, kehidupan keluarga itu berubah total. Mereka hanya bertiga sekarang, tanpa kehadiran Mama seperti hari-hari sebelumnya. Semua terasa berat, terlebih lagi mengingat usia Takuya dan Minoru yang masih terbilang begitu belia. Apakah mereka akan baik-baik saja tanpa kehadiran sang Mama? Yuk, simak tulisan ini baik-baik.


Ternyata, yang ditakutkan benar-benar terjadi. Takuya merasa dirinya mengemban tugas yang belum seharusnya ia lakoni. Mengapa untuk menyiapkan handuk Minoru, membeli pampers, menemaninya bermain, semua itu ia yang harus melakukannya? Mengapa! Saat teman-teman seusianya bermain di lapangan dengan riang, mengapa ia harus selalu pulang lebih awal untuk menjemput adiknya di playgroup? Mengapa? Hidup seolah tak adil. Takuya tak terima dengan keadaannya seperti ini.


Saat ia sedang berada di rumah bersama Minoru, tiba-tiba Minoru menangis keras. Tangisannya benar-benar kencang. Takuya terus saja mengerjakan PR nya tanpa memedulikan Minoru. Semakin lama, suara tangisannya benar-benar memekakkan telinga. Takuya bangkit dari duduknya. Ia teriaki Minoru. Namun, tangisannya tak juga mereda. Takuya memandang adiknya, lama-lama hatinya melunak. Ia mencoba menenangkan Minoru dengan sabar. Takuya tau hidup harus dijalani dengan sebaik-baiknya. Mamanya telah tiada. Ia menyadari ini adalah tugasnya sekarang, menjaga dan merawat Minoru. 

Demikianlah, saat seseorang berdamai dengan kenyataan, ia akan bersikap lebih bijak dan kuat dalam menghadapi kehidupan. Lihatlah, Takuya membuatkan gantungan handuk untuk adiknya.


Lama-lama, Takuya mulai paham dengan apa yang harus dilakukannya. Setiap pulang sekolah, ia segera menuju playgroup untuk menjemput Minoru. Ia tak lagi marah dengan keadaan saat ia menyadari bahwa waktunya lebih banyak terkuras untuk menemani Minoru. Ya, sekarang Takuya sudah seperti Mamanya Minoru.


Nah, di liburan musim panas, Takuya mengikuti permintaan Minoru untuk berkunjung menikmati festival kembang api. Minoru sangat senang. 

 

 Lihatlah, saat Takuya membeli kebutuhan harian di supermarket, Minoru mengambil makanan yang tampak dan menghabiskannya sebelum dibayar.

 Semakin lama, Takuya makin menyayangi adiknya.


Saking dekatnya, Minoru tak bisa tidur jika tak ada Takuya di sisinya. Pada episode ini, Minoru ketakutan setelah mendengar gurunya menceritakan tentang monster dalam dongengnya. Ia takut ke kamar mandi, setiap kali menatap bayangan dalam gelap, ia selalu berteriak ketakutan. Takuya yang mengetahui hal ini, menenangkan Minoru. Minoru, bayangan yang kamu lihat itu sebenarnya adalah kupu-kupu. Suara menggerisik yang kamu dengar di luar itu adalah bunyi seruling. Takuya menenangkan Minoru. "Minoru, saat kita tidur berpegangan tangan seperti ini, maka di dalam mimpi pun kita akan bertemu. Kamu, jangan takut." Perlahan, Minoru mulai memejamkan matanya hingga akhirnya ia tertidur pulas. Sebenarnya, yang memberikan ketenangan itu bukanlah dirinya, melainkan tangan kecil Minoru yang menggenggam hangat dirinya.


Tak selamanya semua berjalan dengan baik. Adakalanya Takuya merasa sedih, kesal, marah, bahkan merasa bersalah.

 Tapi, Minoru sudah menganggap dirinya Ibu. Minoru akan ikut kemana pun kakaknya pergi.



Takuya tak sendirian. Ia punya teman-teman baik yang selalu menghiasi harinya dengan senyuman.


Sejujurnya, saya terhanyut dengan peran yang dibawakan Takuya ini. Seorang anak laki-laki yang matang sebelum waktunya, sangat menyayangi adiknya. Bahkan waktu bersama teman-temannya ia relakan agar bisa menemani adiknya sepanjang hari. Minoru pun demikian. Ia mengerti apa yang dirasakan kakaknya, bagaimana kasih seorang kakak pada dirinya. Dua kakak beradik yang mengagumkan. Ya Allah, tuntun kami agar menjadi kakak-kakak yang baik, menjadi anak yang baik, yang mampu menyayangi, membela, bahkan menjaga adik sebaik-baiknya. Walau berat, hidup tetap harus dijalani. Kamu tak sendiri. Ada mereka, yang selalu berdiri di belakangmu, merangkulmu.


Anime Jepang yang satu ini amat menyentuh. Tak ada salahnya ditonton dan diambil pelajaran. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Komentar

Postingan Populer