Mimpi


Jika kau mengajakku berbincang perihal mimpi, puluhan lembar kertas tak akan mampu  merangkum semuanya. Hari ini, aku akan mencoba berbagi tentang hal itu, sesuatu tentang mimpi. 

Ku yakin, setiap orang bahkan dirimu pernah bermimpi. Boleh jadi mimpi itu berupa pikiran bawah sadar saat kau terlelap atau berupa butiran harapan yang selalu kau bisikkan dalam doamu. Mimpi, sesuatu yang menakjubkan. Mereka yang lelah akan tetap bergerak ketika teringat impiannya, mereka yang terlelap mencoba tetap terjaga ketika mimpi menyala dalam hatinya, bahkan mereka yang jatuh akan mencoba berdiri dan berlari untuk mendapatkannya. 

Di sela-sela perkuliahan, seseorang bertanya padaku. "Apa mimpimu?

Terdiam cukup lama adalah pilihan andalanku. Aku selalu malu mengungkap apa mimpiku karena beberapa alasan, takut diterwakan dan dijatuhkan, itu saja.

Sungguh, saat ini ada tiga bulir mimpi yang menancap kuat dalam tekad. Itu adalah menjadi seorang pendidik, penulis, dan motivator. Salah satu alasan yang membuatku menjatuhkan pilihan menjadi seorang pendidik karena profesi ini mampu merangkul dua mimpiku yang lain, penulis dan motivator. Jauh semenjak SMA, aku sungguh mengagumi pekerjaan seorang guru. Betapa menyenangkan dihadapkan pada sekumpulan anak yang datang untuk mencari ilmu. Mata-mata itu antusias tak sabar dengan setiap kata yang akan kau lontarkan. Mereka tertawa, merasa malu, marah, takut, menangis terisak, dan kau akan menyaksikan semua gejolak emosi itu di atap yang sama bernama sekolah. 

Dari dulu, aku tipikal orang yang suka diperhatikan, didengarkan, dan dihargai. Satu-satunya pekerjaan yang cocok untukku adalah seorang guru. Alhamdulillah impianku terwujud setelah menerima hasil ujian SBMPTN yang mengumumkan bahwa aku diterima menjadi salah satu mahasiswi Universitas Negeri Padang angkatan 2013. Bahagia, itu yang kurasa. Walau kutahu, aku bukanlah anak yang pintar, namun aku punya sedikit keahlian dalam bermain kata, dan itu salah satu senjataku ketika berdiri di depan. 

Di kampus ini, aku dan teman-teman terus ditempa agar kelak menjadi guru sejati. Mulai dari bikin RPP, berpenampilan guru, hingga mengajar di depan kelas. Melelahkan namun amat menyenangkan.

Kedua, aku ingin menjadi penulis. Dari salah satu seminar Ahmad Fuadi yang kuikuti, banyak hal baru yang kudapati.
“Menulis itu, ibarat karpet terbang yang akan membawamu mengitari dunia ”
Yap, dari menulis, kau akan diminta masyarakat dari berbagai belahan dunia untuk menjadi pembicara dari buku ajaib yang telah kau tulis. Sekali kau menulis, jutaan orang yang membacanya akan merasakan manfaat.  

Bagaimana halnya jika kau tak punya bakat dalam menulis? Jangan berkecil hati. Sebab, Bang Tere pernah mengatakan, “Menulislah, karena menulis ibarat membagi buah kebaikan. Boleh jadi sekarang tulisanmu dianggap tak berarti,tapi ingat, tapi mungkin saja lima tahun lagi tulisanmu akan menusuk banyak orang.”  

Menulis? Aku teramat menyukainya, membuatku rela duduk berjam-jam di depan layar notebook hanya untuk menulis beberapa kalimat. Memoles kata yang biasa menjadi seuntai kalimat yang indah, cukup menyenangkan. 

Terakhir, mimpiku adalah menjadi motivator. Sejujurnya, aku memilih impian menjadi sosok hebat ini karena sifatku yang mudah jatuh dan terpuruk. Tak jarang nasehat orang-orang terdekat kuabaikan. Aku hanya akan menanggapi jika orang yang bersuara adalah mereka yang benar-benar kuhargai. Sampai saat ini, hanya satu orang yang mampu menasehatiku dengan cara yang kunilai sedikit berbeda. Kini, ia telah pergi karena waktu menuntutnya, meninggalkanku sendiri. Keadaanku? Cukup baik, walau beberapa kali hati ini memberontak tanpa alasan yang jelas. Kuharap, aku mampu menjadi sosok yang akan membantu orang-orang berperangai sepertiku. Pemberontak, mudah jatuh, terpuruk, dan putus asa. Intinya, aku ingin menolong diriku sendiri.

Hidup ini hanya sekali, karena itu aku ingin melakukan sesuatu yang berarti. Tuhan, tunjukkan aku jalanmu. Beri aku kesempatan.
 

Komentar

  1. Menulis akan selalu membuat kita memahami bahwa dengan tulisan kita mampu merubah sebuah peradaban. Karena sejatinya, pena lebih tajam dari pedang. Dan padanan kata lebih indah dari kearogansian. Kita lihat pada zaman Rasul, Al Qur'an sejatinya adalah kumpulan kata dan tulisan terindah dari zata maha Khaliq, Allah S.W.T dan itu tentunya merupakan salah satu bukti bahwa dunia tulis menulis bukan dunia permainan. Dengan tulisan yakinlah kita bisa merubah dunia, setidaknya minimal ini minimal, bisa merubah diri ke arah yang lebih baik.

    Nice post, it's really awesome and usefull.
    Keep posting and you'll grab the success.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer