Inilah Pilihanku


Hari ini, aku merasa hidupku telah menempuh rel yang berbeda. Terminal yang kutuju bisa dikatakan berlawanan arah. Benar, inilah yang sejak lama ingin kulakukan. Tak ada yang kusesali, kuharap semua akan baik-baik saja. Hatiku terus meneriakiku, 

 "Lakukan apa yang benar-benar ingin kau lakukan. Selagi baik, lakukan!"

Inilah aku sekarang. Aku, masih orang yang sama, namun sesuatu dalam diriku telah berubah. Akhirnya, aku memilih jalan itu. Kesibukan, aku bergelut di dalamnya saat ini. Ia terus menempaku menjadi pribadi yang cekatan, lincah, dan supel pada siapa pun. Aku menyukai dunia baru ini. Inilah aku yang berbeda. 

Pagi itu, hujan menyelimuti kota Padang. Aku melirik layar ponsel, ada sebuah pesan masuk. Ternyata pesan itu berisi pemberitahuan agar semua panitia kestari Pekan Ilmiah Kimia berkumpul di kampus jam 09.00 WIB. Tanpa perlu menunggu lama, aku telah siap untuk berangkat. Segera kuambil payung yang tergeletak di meja dan melangkah keluar kosan. Ya, apapun yang terjadi aku harus siap. Inilah aku, tipikal wanita yang akan menguatkan dirinya dengan ucapan, semua akan baik-baik saja. Yap, saatnya melangkah.

Dalam perjalanan ke kampus, banyak pikiran aneh mengusikku.

"Hei, untuk apa kau kesana? Kau bukan apa-apa.
"Kau tak akan dianggap disana. Kemampuanmu tak seberapa.
"Jangan pergi. Melihat penampilanmu, mereka akan menjauh.
"Kau itu pribadi yang membosankan. Kehadiranmu akan ditolak.

Hehe, benar-benar. Imajinasiku begitu liar. Mampu membuatku tersakiti hanya dengan sugesti yang kuciptakan sendiri. Namun tetap kukencangkan niat. Jika baik, tetaplah melaju.

Setibanya aku disana, ternyata pintu ruangan kerja panitia masih tertutup. Kudekati lagi, yap, pintu itu terkunci. Digembok pula. Akhirnya kulangkahkan kaki pada mushalla yang letaknya persis dihadapan ruangan itu. Menunggu, itu yang kulakukan.

Tak lama kemudian, aku mendengar bunyi motor. Kudongakkan kepala untuk melihat siapa yang datang. Ternyata koordinator kestari! Kupandangi dari kejauhan, tampak beliau sedang membuka kunci gembok itu. Beberapa waktu kemudian, pontu tak kunjung terbuka. Beliau tetap berdiri disana. Apa yang terjadi?

Aku tak akan membiarkannya sendiri. Akhirnya kupanggil beliau dan menanyakan apa yang terjadi. Sambil tersenyum, beliau mengatakan bahwa kuncinya beda. Ada mereka yang menukar gemboknya. Akhirnya sambil menghela nafas, kami menunggu kedatangan panitia lain yang mungkin akan membawa kunci. Kuharap, mereka membawa kunci yang tepat.

Bertukar pikiran, itulah yang kulakukan selama penantian ini. Seseorang yang sebelumnya hanya menjadi seniorku, hari ini menjelma menjadi kakak yang begitu kuhargai. Seseorang yang sebelumnya hanya kutau sebatas nama, kini menjelma umpama kawan lama. Inilah organisasi, membuat keluargamu kian bertambah.

Selang tak berapa lama kemudian, panitia lain bermunculan satu persatu hingga berjumlah delapan orang. Mereka terdiri dari abang, kakak, dan teman-teman satu jurusan (hanya berdua, aku dan ica). Oh ya, pintunya sekarang sudah terbuka. Ruangan itu menampung kami dengan bersahabat. :)

Selama bekerja, mulut tak kunjung terkunci, telinga tak kunjung mendengar. Terkadang saat mendengar abang dan kakak adu mulut, gelak tawa pecah, membuat suasana yang dingin menjadi hangat. Mereka tak mengabaikanku. Mereka menerimaku dengan hangat. Mereka merangkulku untuk masuk dalam lingkaran mereka. Hangat, menyenangkan, dan aku bahagia.

Saat menatap mereka dari kejauhan, aku merasa diriku pribadi yang berbeda. Sulit berbaur dengan orang-orang baru. Namun inilah aku sekarang. Selagi kau menjadi dirimu sendiri, siapapun mereka, mereka akan menerimamu. Aku sangat menikmatinya. Cerita itu, candaan itu, nasehat itu, masalah itu, aku menyukainya.

Sesuatu yang paling hebat menurutku ketika mereka yang sebelumnya tak kau kenal, kini malah menjadi abang dan kakak untukmu. Mereka, keluarga kecil yang hangat. Menyenangkan bisa menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Rasa sepi itu lenyap, masalah itu hilang. Berganti dengan bahagia yang tak hingga. Ya Allah, bantu aku agar bisa belajar dari mereka.

Inilah aku sekarang. Nadia, seseorang yang benar-benar menikmati hidupnya. Tak ada tekanan tanpa rasa takut. Beranilah melangkah, dan temukan sesuatu. :)Doakan aku, seseorang yang sedang mencoba menapaki sesuatu yang berbeda.

Komentar

Postingan Populer