Sahabat Dikala Libur


Sarah Annajla adalah nama lengkapnya, dia lebih senang dipanggil dengan sebutan Ara. Pertemuan yang indah ini bermula dari sebuah kesempatan bernama liburan. Liburan yang biasanya kunikmati di tengah kehangatan keluarga, namun tidak untuk kali ini. Aku ingin melakukan sesuatu yang sedikit berbeda dari liburan sebelumnya.

Menghabiskan liburan di kamar kosan, sendirian, tak tahu harus melakukan apa, terbilang cukup membosankan. Rutinitas ini terus kujalani hingga seseorang itu menelfonku untuk pertama kalinya. Sarah menelfonku dan menanyaiku.

"Nadia di Padang?
"Iya Ra, ada apa?
"Aku ada acara di Padang, Nad. Boleh aku nginap di tempat Nadia malam ini? Teman di kosan pada pulang, Nad.
"Tentu aja, Ra. Kabari aja kalau udah nyampai. Oke?

Aku begitu kaget dengan hasil pembicaraan ini. Masalahnya, aku tak mengenalnya dengan baik. Tak pernah terjalin kedekatan diantara kami. Walaupun kami satu jurusan, satu prodi, kami baru tahu sebatas nama.

Aku adalah tipikal orang yang begitu mencemaskan kehadiran orang baru dalam hidupku. Bukan berarti aku orangnya tertutup dan sulit didekati, hanya saja menjadi beban bagiku ketika harus beradaptasi dengan orang baru. Hanya satu yang kutakutkan, mereka merasa tak nyaman dengan kehadiranku. Ketika mereka tak nyaman, aku pun kena getahnya. Aku merasa bersalah tak bisa membuat mereka nyaman.

Waktu terus bergulir. Jam telah menunjukkan pukul 17.15 WIB, tetapi belum juga kudapati kabar dari Sarah. Apa yang terjadi? Apakah keberangkatannya ditunda? Baru saja kupikir demikian, tiba-tiba ada sms masuk.

"Nad, aku udah di jalan ke kosanmu. Tunggu aku, ya.

Aku segera membuka pintu kosan sembari menanti kedatangannya di luar. Tak berselang lama bagiku untuk mengenalinya dari kejauhan. Ia berjalan mendekat sambil tersenyum. Tampang kantong plastik berwarna bening berisi potongan donat di tangannya. Aku pun tersenyum simpul.

Kehadirannya membuatku merasa canggung. Sejujurnya, kami tak pernah dekat. Aku tak tahu harus cerita apa. Benar-benar berada pada kondisi yang memalukan. Saking bodohnya, aku tak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, setelah basa basi sejenak, kami mulai dihadapkan pada pembicaraan mendalam. Aku bicara terkait masalah yang kualami dan meminta pendapatnya. Setiapkali dihadapkan pada suatu masalah, aku tak mampu menyimpannya sendiri. Selalu tumpah pada orang-orang yang berada di dekatku, tak peduli sudah kenal lama apa belum.

Setelah bertukar pikiran cukup lama, ternyata cukup menyenangkan menghabiskan waktu bersamanya. Mungkin ini adalah awal yang baik, pikirku. Lalu, setelah makan malam, kuputuskan untuk melanjutkan tontonan drama Korea yang kugeluti sejak pagi. Sarah pun demikian, ia membuka laptopnya, lalu tampak olehku ia menonton drama Pinocchio, salah satu drama yang sedang booming akhir-akhir ini. 

Memang kami belum dekat, namun aku merasa kami akan menjadi sahabat sebentar lagi. Aku yakin, karena aku merasakan kecocokan jiwa dengannya, Sarah.

Dua malam ia menginap di kosanku. Selama bersamanya, aku selalu tidur larut malam. Benar-benarlah anak ini. Mataku bahkan tahan menonton hingga dini hari. Akibatnya, saat terbangun aku selalu kesiangan. Apa-apaan ini. Huft. 

Keesokan harinya, Sarah pamit pulang dan berjanji mengabariku jika ke Padang lagi. Jika kau sudah terlibat suatu kepanitiaan, maka kau akan terikat. Bolak-balik Padang ke kampung halaman adalah suatu yang lumrah bagi Sarah. Aku mengantar kepergiannya ditemani gerimis hujan. Terakhir, kulambaikan tanganku padanya. Ia pun pergi meninggalkanku. Aku kembali seorang diri. 

Tiga hari kemudian, aku ke kampus dan bertemu dengan Sarah. Kami bincang-bincang sejenak.

"Ara, kamu udah balik lagi ke Padang?
"Udah, baru aja sampai.
"Ngapain?
"Biasa, urusan rapat. Haha
"Nanti malam nginap dimana?
"Di kosanku, yuk. Gantian, Nad.

Akhirnya, malam ini kuputuskan nginap di kosan Ara. Jarak kosan kami terbilang dekat, tak perlu waktu lama bagiku untuk menapaki jalan ke tempatnya. Saat kutiba, ia menyambutku dengan senyum. Senyumnya jauh lebih hangat sekarang.

Segera kuletakkan tas dan kuamati kamar kosannya. Bersih, tertata, lagi rapi. Benar-benar kamar seorang wanita. Malamnya, kami ngobrol sebentar sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Sarah? Oh, jangan bicarakan dia. Dia nonton seperti biasa. Kurasa ia tak akan tidur malam ini. Aku tak ingin dipengaruhinya untuk kesekian kali. Tidak, tidak. Jangan bicarakan dia, kumohon. :D

Malam-malam berikutnya, hidupku menjadi berwarna. Jiwaku yang hampa semakin terisi oleh tutur katanya yang bijak dan lembut. Sarah adalah alumni pesantren. Ia tahu banyak hal. Selama bersamanya, aku mulai tahu kesalahanku dan segera kubenahi selagi bisa. Aku tak lagi bangun kesiangan. Sarah selalu bangun tepat pada waku shubuh sehingga ia membangunkanku dengan pelan. Benar-benar hebat, walau terjaga semalaman, ia masih bisa membangunkanku untuk shalat shubuh. 

Entah kenapa, selama bersamanya, aku malah merindukan kehidupan pesantren. Memang aku tak pernah mengecap pendidikan disana. Namun, saat menatap Sarah, aku tahu seperti apa lingkungan pesantren itu. Pastinya mendamaikan.

Tidak hanya itu, ia juga membuatku mampu menikmati liburan. Kami masak bareng (walau aku lebih banyak nangkring^^), nonton bareng, makan bareng, ketawa bareng, bahkan menangis pun bareng (gara-gara Sarah mensugestiku nonton film India^^, pada akhirnya meler, ngusap air mata dengan tissue yang ada^^).

Malam terakhir, aku berharap bisa tidur dengan tenang. Namun kenyataan berkata lain. Nyamuk-nyamuk itu berpesta pora mengaung di telinga dan menggigiti kami. Benar-benar menyebalkan. Aku bangkit dari tempat tidur, segera saja kutangkis serangan dari nyamuk-nyamuk itu dengan raket listrik. Mayat-mayat jatuh bergelimpangan. Lain halnya dengan Sarah, ia memilih menepuki nyamuk itu dengan tangannya yang gesit. Hening, tak ada lagi dengungan nyamuk yang terdengar.

Kumatikan lampu kamar, sebagai gantinya, Sarah menyalakan lampu kamar tidurnya. Di tengah gelap, kamar pun disinari oleh cahaya merah muda yang menghiasi setiap sudut kamar. Indah lagi menentramkan. Kedamaian tak berlangsung lama, nyamuk-nyamuk itu kembali muncul. Aku tak menyerah, kutebas lagi nyamuk-nyamuk itu bermodalkan raket di tangan. Sarah? Dia memilih tidur seolah tak terjadi apa-apa. Ia tutupi mukanya dengan selimut. Bisa-bisanya dia melakukan itu. Huft.

Karena lelah, aku pun tidur. Tidur paksa, tepatnya. Pagi, cepatlah datang. Saat menutup mata, kubayangkan semua yang telah terjadi. Sarah, sosok itu. Sarah awalnya bukan siapa-siapa, namun kini ia telah menjadi sahabat di hatiku. Sarah yang pada mulanya kusangkan cuek dan tak butuh orang lain ternyata orangnya begitu perhatian dan teramat menyenangkan. Saat sedang kesal, kata-kata favoritnya adalah "Apa-apaan ini!" Cukup elegan dan jenaka. Hidup melarangmu menilai sebelum mengenali. Kesan pertama tak selalu benar.

Liburan kali ini, memberiku seorang sahabat baru yang begitu baik lagi elok parasnya. Seseorang yang diam-diam kuberharap agar bisa menjadi salah satu temannya, kini malah menjadi sahabat untukku. Allah, luar biasa.

Sarah Annajla, bukanlah nama sebenarnya. Tak semua perlu diungkap, bukan? Sesuatu yang tersimpan terkadang lebih bermakna dan berarti. Hehe.
Selamat liburan, Sahabat. Semoga harimu menyenangkan.

Komentar

  1. Hihihi. Udah diedit ternyata. Tadi pas baca kirain typo. Ehehehee. 😂👌

    BalasHapus
  2. Aaaaaaa >_<
    Rahasiakan, li. Demi kedamaian dunia.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer