Sepucuk surat tak dikenal

Kuharap hati ini masih begitu lapang untuk mengubur semua perasaan itu.
Aku berharap, cintaku pada-Nya tak akan goyah karenamu!
Berkali-kali kukatakan, kutegaskan pada diriku, namun hasilnya nihil!

Semakin kulupa, namamu semakin terukir jelas di benakku.
Akhlakmu terpuji, ini benar-benar menggoyahkan akal sehatku.
Apa yang harus kulakukan?
Aku tahu ini diluar kendalimu.
Setidaknya, doakan aku.
Selipkan doa dalam ingatanmu.
Bantu aku.
Kuatkan aku.
Bayangan itu, menari-nari menghiasi mimpi indahku.
Aku ingin berhenti sampai disini.
Kau tahu? Fatamorgana ini membuyarkan kesadaranku.
Membuatku lengah dalam perjalanan panjangku.
Maaf, bukan ini yang kuinginkan.
Aku rindu Rabbku.
Selama kau masih disini, aku kehilangan banyak.
Bahagia yang hakiki.

Tinggalkan aku.

Siapapun akan tergetar hatinya membaca sepucuk surat dari orang tak dikenal ini. Seorang wanita yang telah lama memendam segumpal rasa bernama cinta. Tunggu dulu, wanita ini bukan tipikal seseorang yang berani bermain-main atas nama cinta. Sama sekali bukan. Aku tahu benar siapa dia. Bagiku, ia menjaga dirinya cukup baik, malah tak pernah ia mengenal kata pacaran. Ia berasal dari keluarga baik-baik, yang benar-benar menjaga hubungan antarlawan jenis. Tertarik, sebuah perasaan yang tak dapat dihindari ketika anak manusia mulai lengah. Syetan membidik panahnya, lalu kenalah hatinya. Ia memang salah, karena ia lalai dalam waktu yang sebentar. Cinta menghiasi hari-harinya. Bukan, sama sekali bukan dengan telfonan, smsan, atau interaksi lainnya. Ia percaya, rasa yang dipendam pada akhirnya akan menuai manis. Ia percaya, ia sama sekali tak melakukan kesalahan. Nah, ini adalah kesalahan terbesarmu, wanita. Menikmati sedikit madu, namun pada akhirnya kau merasa ketagihan yang teramat. Kau minta lagi, minta lagi, tanpa pernah merasa puas. Itu kesalahan terbesarmu. Kau nikmati madu tanpa tau asalnya, tanpa mau tahu akibatnya. Hari ini, pemilik madu itu menjeratmu, menahanmu. Bayanganmu hanya tertuju pada cinta semu, melupakan cinta yang lebih hakiki. Bagaimana perasaanmu? Hampa, bukan. Kembalilah, tinggalkan madu itu perlahan. Jangan duakan Dia, Tuhanmu! Pergi kau, angan-angan.

Komentar

Postingan Populer