Segenggam Harapan


Assalamu’alaikum sahabat. Yap, terimakasih karena sudah berkenan mampir ke blog ini lagi. Pertama, puji syukur pada Allah yang telah melancarkan segala perkara dan memudahkan semua urusan kita hari ini. Alhamdulillah, ya Allah, engkau adalah Tuhan yang Maha Besar. Shalawat beriringan salam semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah..  

Ya, kita punya Allah yang Maha Besar untuk mewujudkan semua impian gila kita. Butir-butir impian itu bukankah sudah saatnya untuk tumbuh? Bak pohon raksasa yang menjulang tinggi, menjuntai daun-daun lebarnya, dan menampakkan buah-buah mungilnya. Hari ini, kupaksa diriku duduk di depan layar notebook. Wajib duduk dan menulis, untuk hari ini saja. Tak tahu apa yang akan terjadi esok, yang terpenting aku harus meluangkan waktu hari ini. Ini bukan masalah siapapun, ini masalahku pribadi. Aku harus menjawab pertanyaan dasar yang sempat kupendam dulu. Ya, harus.

Jadi apa aku beberapa tahun lagi? Usiaku sudah menginjak Sembilan belas tahun sekarang. Tak ada waktu lagi untuk bermain dan hanya sekedar belajar tanpa tujuan. Aku harus tahu kereta api mana yang kupilih untuk sampai di terminal selanjutnya.

Sejujurnya, aku bosan dengan dunia perkuliahan yang hanya membahas bidang kimia tingkat pendalaman seperti anorganik, organik, analitik, kimia fisika. Benar-benar sulit memahaminya. Hanya sekedar hafalan tanpa perlu perenungan. Namun jika kuingat-ingat lagi, aku sepertinya membutuhkan semua ilmu ini kelak. Kelak, mereka akan bertanya padaku tentang bidang-bidang ini. Ya, bidang-bidang itu merupakan cakupan ilmu yang harus kukuasai. Tak mungkin aku membaca buku yang sama dengan mereka, dan tak mungkin juga hanya belajar sedalam mereka belajar. Tak mungkin! Aku ini akan menjadi seorang guru, ilmuku tak boleh dangkal. Itu artinya, aku harus menyukai bidang-bidang kimia yang rumit itu. Rumit? Mungkin tidak, hanya saja aku malas membaca buku literature bahasa asing itu. Tep. Ini dia biang keladinya! Malas membaca membuatmu tak paham, tak paham menjadikanmu tak suka. Ok. Harus kubenahi. Lagipula aku suka bahasa asing, yakinlah, tak ada yang sulit Nadia! :)

Mulai besok, dan besok besok, aku harus rajin belajar. Tak ada kata untuk buang-buang waktu. Hidup terlalu sebentar untuk dijadikan tempat bermain-main. Hidup ini bukan main-main!

Setelah itu, aku harus mencari judul skripsi yang menarik dan ingin kudalami. Helloou, mahasiswa semester empat bicarain skripsi? Tak salah? TIDAK. Jika bisa dilakukan sekarang, kenapa tidak? Ada yang ngelarang? TIDAK. 

Mengapa aku angkat bicara perihal skripsi? Hal ini bermula ketika salah seorang dosen masuk ke dalam ruang perkuliahan kami. Kebetulan, saat itu kami sedang diskusi satu sama lain mengenai kehidupan perkuliahan. Tak lama sesudah itu, bapak dosen sudah berdiri di hadapanku. Beliau menanyakan banyak hal padaku termasuk salah satunya begini. “Judul penelitiannya apa?”. APA!? Aku terdiam. Bingung tak tahu jawab apa. Akhirnya aku menggeleng sambil mengatakan, “Belum ada, Pak.” Beliau tersenyum dan melanjutkan pertanyaan lainnya padaku dan teman-teman. Ya Allah, bukan main malunya aku saat tak mampu menangkis pertanyaan beliau. Begitu tampak olehnya bahwa aku benar-benar mahasiswa tanpa sasaran, tanpa tujuan, dan tanpa usaha yang sreg dan jitu. Akhirnya, kemarin di sekre aku bongkar-bongkar skripsi tebalnya wisudawan tahun lalu. Penuh debu, namun tetap masih bisa dibaca. Hm, ada yang judulnya elektrolit, koloid, bahkan atom. Belum ada yang sreg. Mudah-mudahan di lain kesempatan aku segera menemukan ‘judul’ yang sesuai dengan soulku. :) 

Nah, kalau udah tamat kuliah, aku belum rencana untuk lanjut S2. Aku ingin menikmati dunia pendidikan dulu, kalau bisa. Bergabung dengan Indonesia Mengajar, SM3T, Kelas Inspirasi, sepertinya hal-hal seperti ini memacu adrenalin dan membuatku semangatku berkobar :)

Satu tahun sepertinya cukup untuk menyudahi petualangan besar itu, dan saatnya bergegas kembali ngampus. Inshaa Allah aku ingin melanjutkan S2 di ITB. Mengapa tidak ke universitas lain, alasannya sederhana. Aku hanya ingin menjadi bagian dari mahasiswa ITB yang terkenal gigih, giat, dan gencar dalam menuntut ilmu. Aku ingin mengubah pola pikirku tentang hakikat belajar yang sesungguhnya.Aku tahu biaya yag dibutuhkan tentu tidak sedikit, hanya saja, kita punya Allah yang Maha Besar untuk mewujudkan semua impian gila kita! Ya, Allah selalu ada, bersama kita, kapan pun dimana pun. Jadi apa lagi yang perlu dicemaskan? I can with Allah.

Untuk S3, aku ingin melanjutkan ke negeri sakura, seperti keluarganya kak Rina. Moshi-moshi kak Ina, tunggu Nadia nyusul beberapa tahun lagi, ya. Aamiin Yaa Rabb. J Nah, tujuanku menjatuhkan pilihan ke Negara ini agar aku belajar hakikat disiplin yang sesungguhnya, berbaur dengan manusia mancanegara bukankah hal yang teramat menyenangkan? Tertawa lepas, saling bernostalgia. Oh ya, apa kabar Kaho Chang? Apa kau baik-baik saja? Masih ingatkah kau akan pertemanan kita dulu? Mudah-mudahan saat beranjak tua, kita dipertemukan kembali. Semoga, kau masih ingat. Aku merindukanmu, Kaho, teramat rindu. Bukankah kita sahabat super kompak, super setia? Semoga kau diberi umur panjang, Kaho. Bahkan tak sekalipun aku mampu melupakan wajah polosmu dan kepang duamu itu.. Semoga kita benar-benar bertemu suatu saat nanti. Hiduplah dalam waktu yang lama, agar Allah memperkenankan kita untuk bersua…

Nah, setelah tap, tap, tap, dan tap di atas, aku akan membuka bimbingan belajar di rumah. Semua anak boleh belajar, tentunya dengan metode yang kurancang sendiri. Melihat mata yang penuh ketakjuban dan rasa ingin tahu mereka yang besar, bukankah lebih dari cukup untuk membuatmu bahagia :) Selain itu, aku harus punya butik kemuslimahan sendiri. Disana ada buku, jilbab, gelang, karikatur islami, poster inspiratif, busana muslimah, dan pernak-pernik lucu lainnya. Wah, senangnya walau hanya sekedar bermimpi. :) Mudah-mudahan menjadi kenyataan. 

Ya Allah. Namaku, Nadia. Hari-hariku tak diisi amalan sebaik mereka, hamba-Mu yang shalih shalihah. Kecerdasanku jauh dibawah mereka, hamba-Mu yang prestasinya merebak kemana-mana.   
Kemampuanku bersosialisasi tak ada apa-apanya dibandingkan mereka, hamba-Mu yang aktivis kampus dan social.
Hanya saja, aku ingin hidupku yang sebentar ini berarti bagi banyak orang. Aku ingin, setiap detikku bermanfaat bagi siapapun. Ya Allah, aku tak punya kemampuan khusus. Aku hanya punya tekad kuat yang bisa terpuruk kapanpun tanpa mampu aku mengendalikan. Berikan aku kekuatan saat lelah menerpa, agar aku tetap bisa merangkak saat tak lagi punya tenaga. Berikan aku kelapangan pikiran ya Allah, agar aku masih dapat mencerna ilmu walau untuk membuka bukunya saja beratnya bukan main. Ya Allah, berikan aku keluwesan dalam bergaul, agar aku bisa menyentuh dan menggosok hati mereka dari rasa malas, dari rasa pesimis, membuat mereka percaya bahwa hidup ini indah jika kau jalani dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, berilah aku hati yang ikhlas, melakukan apapun hanya demi ridha-Mu, hanya untuk membeli tiket syurga-Mu.
Ya Allah, hilangkan kedengkian dan kesombongan dari dadaku, agar tenang hidupku, agar aman semua investasi akhiratku.


Ampuni dosaku, ibuku, ayahku, dan adik-adikku ya Allah.
Kembalikanlah kami kelak di syurga-Mu. Aamiin.
Wassalam.

Komentar

Postingan Populer