Ajal
Mungkin banyak diantara
teman-teman bertanya, apakah menyakitkan tak punya sosok ayah di sampingmu?
Sebuah pertanyaan umum yang mereka lontarkan pada kami. Jawabannya, tidak. Papa
memang pergi untuk selamanya, namun beliau tetap hidup di hati kami. Bayang-bayang
Papa masih kuingat, dan itu lebih dari cukup.
Meninggalkan atau ditinggalkan,
kau pilih yang mana? Tak ada. Ditinggalkan atau meninggalkan sama-sama
menyakitkan kurasa. Saat kau ditinggal, maka perlahan kekosongan mengisi ruang
hidupmu. Seseorang yang selalu kau nantikan senyumnya di pagi hari, kini tak
ada lagi. Tak ada lagi yang menepuk pundakmu sekedar menyemangati. Jua tak ada
yang menggenggam jemari kecilmu sembari menguatkan. Orang itu telah pergi untuk
selamanya.
Meninggalkan? Aku tak sanggup
membayangkan seperti apa rasanya itu. Kau pergi tanpa siapa pun. Keluarga,
sahabat baik, kemana mereka? Mereka tak bisa menemani perjalananmu. Belum
waktunya bagi mereka. Kau dipaksa melepas genggaman tangan mereka, membawa
amalmu, dan mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu seorang diri. Ya Robbi.
Seberapa menakutkan alam barzah yang menanti?
Hari ini, aku bicara mengenai
ajal. Tak ada yang tahu kapan ia akan datang menyambar. Yang kutahu, ia selalu
mengintai, menunggu saat itu akan tiba. Ajal memisahkan aku dan Papa. Dunia
kami telah berbeda, dimensi kami berlainan. Ajal selalu menjadi topic yang
dipinggirkan, membuat setiap manusia menggigil ketakutan. Satu hal yang pasti,
siap atau tidak, ajallah yang akan mengakhiri hidup kita di dunia. Ajal juga menjadi
pintu masuk ke syurga atau neraka-Nya. Aku berharap, kita kelak kembali
pada-Nya dalam keadaan husnul khotimah.
Ya Allah. Aku amat takut dengan
ajal.
Jika kau menghindar, maka ia
malah mengejar
Hidup itu sederhana
Bukankah hidup hanya menunggu giliran?
Kelahiran dan kematian adalah
sesuatu yang tak dapat kau tolak
Itu wajar!
Namun, mengapa aku amat takut?
Teramat takut.
Ya Allah, beratkan amalku.
Ampuni dosaku.
Lindungi aku dari azab-Mu
Sayangi aku dengan rahmat-Mu
Ya Allah, aku takut.
Komentar
Posting Komentar