Kakak Pergi

Malam ini, pukul 23.29 WIB di kampung halaman. Kabar hari itu kembali membuyarkan ingatanku. Sungguh, aku tak ingin larut dalam untaian cerita itu, hanya saja, aku tak mampu berpura-pura. Mendengar kakak akan dikhitbah tentu saja membuatku terperanjat. Kakak yang selalu bersama-sama denganku sedari kecil, haruskah secepat itu menjadi milik orang lain? Hei, kami tumbuh bersama, bermain bersama, dan berbagi cerita bersama. Haruskah secepat itu?   

“Kita bukan anak kecil lagi, bukan?”. Ya, itulah jawaban yang mengisi benakku. Aku dan kakak sudah sama-sama menginjak kepala dua.. Itu benar, kita bukan anak kecil lagi. Bukankah hakikatnya hidup adalah menunggu giliran? Termasuk salah satunya ini. Kakak meninggalkanku karena telah tiba saatnya untuk menikah, memulai hidup barunya dengan orang itu. Aku bahagia mendengarnya, Kak. Namun sejujurnya aku takut saat giliran itu jatuh padaku. Apa yang harus kulakukan? Aku tak ingin dewasa secepat itu. Aku ingin selamanya menjadi anak, ingin selamanya menjadi kakak. Ya Robbi… Aku belum siap. 

Komentar

Postingan Populer