To Be an Ummi!

 

Sabtu, 24 Oktober 2015. Hari ini, saya baru saja menyelesaikan sebuah misi yang luar biasa menurut saya. Mau tau apa? Ujian organik 3 berhasil terlewati. Alhamdulillah! Masih dalam pakaian hitam putih, saya diajak sahabat baik saya, Juli, pergi ke sebuah acara seminar nasional yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) kampus. Saya memutuskan pergi bukan atas niat pribadi, melainkan untuk menghilangkan stress, itu saja. 

Setibanya disana, setelah registrasi dan mendapatkan pin cantik ala UKK, kami dipersilakan memasuki ruangan. Sudah penuh juga ternyata, banyak peminatnya. Acara sudah dimulai dari pagi, namun kami baru datang pukul 10.15 WIB. Bayar registrasi sebesar dua puluh ribu rupiah rasanya tak rugi, bahkan menurut saya itu harga yang sangat terjangkau untuk sebuah acara seminar nasional.

Kami memasuki ruangan, mendapatkan posisi duduk di bagian belakang, namun tak menghalangi pandangan kami untuk menatap dua pemateri yang amat inspiratif. Acara terus berlanjut. Seorang kakak moderator memimpin acara talk show bertajuk “Muslimah Berkarya, Berkilau Bagaikan Berlian”. Dalam ruangan ini, tak akan ditemukan seorang pun lelaki. Lah, ini kan acara kemuslimahan. Hehe.

Disana, tampaklah sosok seorang Ummi yang tampak bersahaja dan selalu menebarkan senyum. Beliaulah istri dari Bapak Walikota Padang, Ummi Harneli Bahar. Menatapnya saja, menentramkan hati, mendamaikan jiwa. Mashaa Allah. Kemudian, di samping beliau juga hadir seorang kakak yang luar biasa, Kak Febrianti Almira yang telah menjadi trainer, penulis, bahkan penyanyi dengan jilbab syar’inya. Luar biasa rasanya bisa bersama mereka, satu ruangan. Semoga saya bisa mengikuti jejak mereka. Aamiin.

Ummi Harneli Bahar dianugrahi sembilan orang anak. Berapa? SEMBILAN! Kesembilan anaknya, tumbuh menjadi anak yang baik agamanya, prestasinya, dan akhlaknya. Di bawah ini, saya rangkumkan penuturan Ummi mengenai seputar dunia muslimah. Simak, ya. :)

Seorang istri itu, harus ikut suami. Mungkin orang lain bisa berbeda tempat tinggal dengan suami akibat tuntutan pekerjaan. Namun, Ummi pribadi tak mampu. Seorang istri itu harus ikut suami. Akhirnya, Ummi merelakan pekerjaan Ummi, mengurusi rumah, mendidik anak-anak. Tidak hanya itu, Ummi masih bisa bisnis dari rumah tanpa meninggalkan anak-anak.

Namun, saat bapak mendapat amanah sebagai seorang walikota, Ummi kumpulkan anak-anak Ummi semuanya. Ummi tanya mereka sebelumnya, “Apakah Ahdar ikhlas, mulai hari ini, Ummi dan Buya tidak hanya menjadi milikmu, Nak, namun juga menjadi milik masyarakat?” 

Saat Ummi mengemukakan hal ini, hati saya bergetar hebat. Hari ini, Ummi mengajarkan saya sesuatu. Sebesar atau seremeh apa pun sesuatu menurut kita orang tua, hal yang paling bijak kita lakukan adalah berdiskusi dengan anak-anak, meminta pendapat mereka.

Ummi melanjutkan kalimatnya. 

Suatu hari, salah seorang anak Ummi yang masih SD sakit. Kebetulan saat itu ada kunjungan dari tamu. Ummi bilang sama Bapak, tolong sampaikan permintaan maaf Ummi, si adik lagi sakit. Saat Ummi menemani si adik, apa yang dikatakannya?
“Ummi, temui tamunya Ummi. Kasian, tamunya datang jauh-jauh”.  

Mereka ternyata bisa memahami bahkan lebih dari kata paham menurut saya. Ummi, bagaimana bisa Ummi mampu mendidik mereka dengan akhlak yang luar biasa indah dan mendamaikan hati? Ummi, bergetar hati ini Ummi. Bergetar!

Sekarang Ummi mulai disibukkan oleh rutinitas seperti menghadiri, menerima undangan, dan sebagainya, namun komunikasi dengan anak Alhamdulillah tetap jalan. Ditanya anak-anak bagaimana hafalannya, apakah sudah tilawah hari ini, seperti itu. Demikian juga dengan suami. Kemana pun suami, damping dia, ingatkan dia. Jangan sampai yang mengingatkan suami kita adalah orang ketiga.

Mengapa wanita diibaratkan sebagai berlian? Mengapa bukan laki-laki? Sebab, perhiasan yang paling mahal harganya itu adalah berlian. Dan sebaik-baik wanita adalah wanita yang sholehah. Ummi berada di depan ini bukanlah hasil rancangan yang instan. Malahan, ummi baru mengenakan kerudung saat Ummi duduk di bangku kelas tiga SMA. Ummi menyesal? Tidak! Ummi malah begitu bersyukur atas hidayah-Nya yang luar biasa.
Ummi, bukan hanya seorang Ibu yang luar biasa. Di usianya yang begitu muda, Ummi memutuskan untuk menikah dengan Bapak. Begini kata Ummi.

Kala itu, usia Ummi baru menginjak dua puluh satu tahun. Menikah muda itu, tak menghalangi prestasi. Kalau ketemu jodoh, ya menikah. Saat orang baik datang menyampaikan niat mulianya, jangan ditolak, sebab akan memicu datangnya fitnah. Yakinkah kita setelahnya akan datang orang yang lebih baik?

Setelah menikah, maka rasakanlah nikmatnya pacaran setelah menikah. Kapan ta’arufnya? Ta’arufnya dilakukan setelah menikah. Nikmat! Namun, ada diantara mereka yang pernah punya pacar, maka setelah menikah dengan suaminya dan terjadi perselisihan, ia malah curhat dengan mantan pacarnya! Naudzubillah min dzalik. Ingatlah hal ini, mereka yang sudah mencari sebelum menikah, berarti ia tak yakin dengan Allah!

Saat masih muda, saat kita berjumpa dengan seseorang, mungkin sempat perasaan ini tergetar oleh pandangan pertama. Serrr. Ada sebongkah perasaan yang berdesir dalam jiwa. Pandangan pertama itu nikmat, namun jangan diikuti dengan pandangan kedua, apalagi ketiga. Jangan pernah diteruskan dengan sms-an, chatting, dan sebagainya. Jagalah perasaan itu dengan baik.

Apa persiapan yang harus dimiliki seorang wanita sebelum menikah? Bisa baca Al-Qur’an, Bisa masak, Bisa menjahit!
Inshaa Allah tiga keterampilan dasar ini akan membuat kita terbantu setelah berumah tangga nanti. Jika penghasilan suami nanti tak mencukupi, kita bisa jualan, dsbnya, kata Ummi. Dalam kalangan muda-mudi, jika mereka dengan status mahasiswa telah menikah, banyak kerisauan yang muncul. Asal ada keterampilan, jangan risau. Ummi juga dulu sempat masak kue, gorengan, kemudian dititipkan di warung-warung. Bahkan, pernah kala itu saat hidup pas-pasan, telur direbus oleh kakaknya adik-adik, kemudian saat makan, dibaginya telur itu menjadi empat bagian!

Mulailah mempersiapkan bekal pernikahan dari sekarang. Mulailah dengan membaca buku pernikahan, buku mendidik anak. Belajar itu bukan setelah kita menikah, namun dipersiapkan jauh-jauh sebelum kita menikah.

Jadilah wanita yang baik, ibu yang baik. Ummi melihat fenomena yang memprihatinkan saat ini. Saat orang berpendidikan ditanya, mau punya anak berapa? Pada umumnya mereka akan menjawab maksimal tiga. Ummi pernah menemui sebuah keluarga, suami dan istrinya sama-sama perokok berat. Mereka mengaku tak sempat lagi shalat mengingat tuntutan pekerjaan untuk menghidupi anak-anaknya. Berapa jumlah anak mereka? 12 ORANG! Ya, 12 orang. Anaknya yang bungsu masih merangkak, dalam rahimnya sudah ada janin lagi. Saat orang tuanya tak terbiasa shalat, mengaji, BAGAIMANA ANAKNYA NANTI?

Banyak lagi rentetan fakta lapangan yang mengejutkan.
  • Seorang anak lelaki duduk di kelas lima SD. Saat melihat teman perempuannya yang cantik, ia kejar. Anak perempuan ketakutan, berlari menjauhi. Saat ia mendapatkan seorang anak perempuan, ia peluk dan direbahkannya temannya ini. Sekolah mendapat laporan terkait hal ini, lalu dipanggillah orang tua sang anak. Ternyata, apa yang terjadi? Sang anak melihat orang tuanya berhubungan. Bagaimana bisa? Ia pura-pura tidur dan penasaran dengan apa yang dilakukan orang tuanya. Ternyata, kamar tanpa sekat! Orang tua dan sang anak berada dalam satu kamar! Bukankah Islam mengatakan, saat umur anak mencapai 7 tahun, ia harus dipisahkan tempat tidurnya dengan orang tua? 
  • Seorang anak mengunci pintu kamarnya berjam-jam. Apa yang ia lakukan? Ia menonton film porno tanpa sepengetahuan orang tuanya.
  • Seorang anak perempuan berusia 10 tahun telah melahirkan seorang anak. BAGAIMANA BISA? Demikianlah, anak-anak sekarang mencapai kematangan lebih cepat dari seharusnya. Apa penyebabnya? Tontonan mereka, bacaan mereka, apa yang mereka lihat pada gadjet mereka, itu semua mempengaruhi.
Setelah membaca rentetan fakta diatas, apa yang dapat kita perbuat? Jadilah sebaik-baik wanita, wanita yang sholehah. Bukankah penyebab runtuhnya sebuah Negara ada kaitannya dengan wanita? Cerdaslah, lalu mencerdaskan generasi muda. Hebatlah, kemudian menghebatkan generasi muda.
Dalam masyarakat, jangan biarkan kita terkotak-kotak. Jangan! Kita harus mampu berbaur dan bergaul dengan siapa saja. Kuntum khairo ummah! Kamu sebaik-baik umat, yaitu mereka yang mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Islam itu rahmatan lil alamin, bertemanlah dengan siapa saja. Tebarkan kehangatan ukhuwah Islam yang begitu menghangatkan. Tunjukkan Islam itu rahmatan lil alamin! tutup Ummi dengan senyumnya yang tetap bersahaja.
  
Pada kesempatan kali ini, saya baru bisa memosting terkait materi dari Ummi. Syukron Katsiron Ummi. Ilmumu mengalir mengisi kekosongan jiwa. Ummi, saya benar-benar mengagumi sosok Ummi. Semoga, kami generasi muda, mampu mengikuti jejak langkah Ummi. Semoga kami mampu, Ummi. Aamiin.

Ummi, luar biasa Ummi. Semoga postingan ini bermanfaat bagi semua, khususnya teman-teman saya yang kelak akan menjadi 'calon ibu'. Allahu Akbar!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer