Saat zaman begitu toleran, adakah ancaman?


Alhamdulillah! Kuteriakkan dengan keras ucapan hamdalah. Benar-benar senang, akhirnya KRIDA berakhir. KRIDA merupakan kegiatan mingguan yang difasilitasi fakultas untuk mahasiswa baru 2015. Dalam rangkaian acara ini, disediakan berbagai bidang untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki, seperti halnya English Club, Japanese Club, Teater, Kestari, Kimia Terapan, Tari, Takraw, dan sebagainya. Yang menjadi tutornya adalah kakak tingkatnya yang memang dianggap ahli dalam bidangnya.

Nah, setelah zuhur, aku dan Fitra menyusun sebuah rencana. Dengan alasan ingin menghilangkan stress dan kejenuhan yang sudah melanda kami beberapa waktu belakangan ini, kami memutuskan pergi ke suatu tempat. GRAMEDIA menjadi incaran. Kami memang sama-sama hobi baca sehingga gramedia menjadi tujuan utama. Dua jam di Gramedia sebenarnya belum cukup. Namun, azan ashar telah berkumandang. Kami melanjutkan perjalanan ke Plaza Andalas. Target hanya satu, mendapatkan ice cream dan menikmatinya berdua.

Dalam perjalanan mendapatkan segelas ice cream, mataku terbelalak mengamati pemandangan yang tak biasa. Kudapati beberapa wanita. Wajah mereka dirias sedemikian rupa, cantik dan kelihatan dewasa. Rambut mereka ada yang diikat sebagiannya digerai. Pakaian mereka? Mereka berpakaian dengan lengan baju terbuka! Ya Rabb. Hati menjerit. Itu belum seberapa saat kuamati celana yang dikenakannya. Celana jahiliyah apa lagi itu ya Rabb? Pendek, jauh diatas lutut. Benar-benar utuh menggambarkan bentuk kakinya. Sepatu berhak tinggi melengkapi penampilan mereka. Sebenarnya, bukan itu yang membuat hati ini teriris. Bukan itu!

Kalian tau, usia mereka masih belasan tahun! Belasan tahun? Ya, belasan tahun. Bisa dibilang mereka belum tau banyak hal, belum tau mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang harus diikuti dan mana yang harus ditolak. Dan apa lagi yang menyempurnakan semuanya? Disamping mereka, ibunya berdiri turut mendampingi. Rata-rata sang Ibu mengenakan kerudung. Namun, mengapa si anak dibiarkan ibu berpenampilan seperti itu?
Aku tau, aku hanyalah seorang mahasiswi. Ya, masih terlalu muda untuk bersikap menghakimi. Aku tau, aku belum ada pengalaman apapun menjadi seorang ibu, sekalipun tak pernah. Namun, bolehkah mahasiswi ini menuturkan perasaan dari lubuk hati terdalamnya untuk ibu? Sama sekali tak ada niat mengajari, sama sekali tidak. Bu, saya hanya menginginkan yang terbaik untuk Ibu, anak ibu, dan semua wanita yang saya anggap saudara.

Penampilan wanita yang terbuka akan menarik perhatian banyak orang, terutama laki-laki, Bu. Kasihan adik-adik yang belum mengerti, dilihati, dipandangi, dan dijadikan tontonan oleh laki-laki yang bukan mahromnya, Bu. Jika Ibu membiarkan mereka dengan pakaian seperti itu, apakah itu nanti tak akan mempengaruhi pola pikir mereka, Bu? Apa lagi yang dapat kita lakukan saat mereka telah beranggapan, pakaian seperti itu adalah trennya zaman kini? Bu, apa yang dapat kita lakukan saat mereka pada akhirnya menolak mengenakan kerudung? Mengapa mereka menolak? Kerudung itu asing bagi mereka, Bu. Pakaian terbuka menjadi andalan. Bu, saya tak rela mereka diganggu oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab, Bu. Saya tak rela mereka diganggu. Mohon dipertimbangkan kembali, Bu. Memang bakat anak perlu dikembangkan, namun jangan sampai bakat itu merusak diri mereka sendiri, Bu. 

Untuk adik-adik. Dengarkan kakak, ya. Lillahi ta’ala. Semua pesan ini kakak sampaikan untuk kebaikan dirimu, sebab adik terlampau berharga untuk dilihati, dipandangi, dan dijadikan tontonan laki-laki. Kakak tak rela kalian yang belum paham apapun, dijamah oleh mata-mata tak halal itu. Tak rela! Tutup aurat, agar tak ada yang berani mendekat. Kalau bisa, tutup rapat-rapat rambut adik dengan kerudung, biar semakin aman. Ia bukan penjara, melainkan penjaga.

Ini hanyalah sebuah penuturan dari mahasiswi, yang masih perlu diarahkan dan dibimbing. Namun tulisan ini juga mewakili jeritan nurani terhadap apa yang terjadi dan teramati. Jangan sampai,pemandangan yang membuat mata terbelalak ini kelak menjelma menjadi sesuatu yang lumrah. Ya Rabbi, jangan sampai. Saat zaman begitu toleran, adakah ancaman? ADAAA!!

Ini masih dalam lingkungan keluarga. Apa yang akan terjadi jika ponsel, televisi, gadget mengambil bagian dalam pembentukan karakter anak? Ya Rabbi... Apa yang akan terjadi saat mereka beranggapan apa yang mereka lihat adalah yang baik? Kak Dede bilang, membiarkan televisi menyala dan anak menontonnya sendirian, itu berarti kita mempersilakan orang asing masuk rumah dan bermain dengan anak-anak kita tanpa pengawasan. Ilustrasi yang dalam. Makasih kak Dede :)

Semoga, semakin banyak yang menyadari bahwa anak perempuan hadir untuk dijaga, dilindungi, dan dibina sebaik-baiknya. Bukankah sebab baik atau tidaknya Negara, tiangnya pada wanita, pada Ibu? Semoga, makin banyak lahir generasi yang shalih shalihah, mencerdaskan ummat, menebar rahmat! Aamiin. Allahu Akbar!

Komentar

Postingan Populer