Goncang Peradaban!


Terima kasih, ya Allah. Engkau hadirkan orang-orang 'amat baik' dalam lingkaran hidupku. Orang-orang yang membuatku bisa menangis sejadi-jadinya tanpa kenal malu, orang-orang yang senantiasa menepuk pundakku, bahkan saat aku lupa bahwa aku punya sepasang kaki untuk berjalan. Terima kasih karena telah mempertemukanku dengan 'orang-orang ramah' ini, ya Allah.

Saat seseorang yang bahkan bukan keluargamu menaruh kepercayaan besar padamu, pantang bagiku untuk mengecewakan mereka. Ya, aku harus baik, baik dalam hal apapun. Ya Allah, terima kasih karena Engkau kirimkan orang-orang baik yang menarikku dengan kuat sebelum aku memutuskan melompat ke dalam jurang tak berdasar itu. Bukankah Allah akan selalu mengikuti prasangka hamba-Nya?

Ya, seperti biasa, hari ini untuk kesekian kalinya, aku menangis sejadi-jadinya. Sudah seminggu sejak kejadian dimana aku mulai menyepelekan dunia perkuliahan. Dunia dimana kumulai memberontak dan membenci diri sendiri. Dunia dimana  aku tak ingin lagi melanjutkan perkuliahan. Karena apa? Aku tak bisa apa-apa, jauh ketinggalan dibanding teman-teman lainnya. Aku sudah mencap diriku sebagai LOSER, jauh sebelum pertempuran dimulai.

Kamu tau, aku benar-benar tak bisa memanagemen waktu dengan baik. Aku malah menomorduakan perkulihan semata-mata karena mementingkan yang namanya organisasi. Mana yang penting? Temanku memukul pundakku keras-keras sambil berkata, "Kedua-duanya penting, Nadia! Saya tersadar sebentar, lalu mulai berpikir, "Apa yang membuatku membanding-bandingkan diri dengan orang lain? Bukankah dihadirkannya orang pintar adalah semata-mata agar kita belajar padanya? Kejar ketinggalan, banyak-banyaklah belajar. Mungkin itulah kesalahan mendasarku, membandingkan diri dengan orang lain tanpa mau mengambil pelajaran darinya. Ah, betapa sombongnya diri merasa mampu melakukan segala hal seorang diri. Ya, saya terlampau sombong. Bukankah ini sebuah teguran, bahwa kita senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidup?

Setelah menangis sejadi-jadinya, saya merasa lega. Sebab, sekarang saya tau solusinya. Solusinya, saya harus berubah! Mengubah lingkungan belajar, sosial, juga pertemanan. Bukankah kita harus mencari cara untuk menyelamatkan diri sendiri sebelum menyelamatkan jiwa-jiwa lainnya? Itu jualah yang tertulis di dalam buku mahasiswa 1/2 dewa. Yap, kamu harus pergi mencari mentor agar diberikan sepasang sayap yang kelak dengan sayap itu kamu mampu membantu banyak orang. Ya, saatnya berpetualang. Tak usah takut sendiri, bukankah ada Allah yang senantiasa menemani?

Kamu loser? Tidak lagi. Kamu adalah calon winner, sahabat. Jika kamu berani memimpikannya, maka inshaa Allah kamu juga bisa mewujudkannya. Bukankah itu yang selalu dilontarkan Walt Disney? Jadilah pribadi yang rendah hati, gigih, mau belajar dari siapapun. Jauh-jauh dari tabiat sombong, sebab Allah tak menyukai hal itu. Lalu, lakukan semuanya sebisamu karena Allah! Ya, niatkan semuanya karena Allah, hingga pada akhirnya Allah mengatakan, "Kun Fayakun", "Jadilah, maka jadilah ia".

Terima kasih Bapak, Ibu, teman-teman yang senantiasa menguatkan. Terima kasih bagi sahabat yang sudah menyempatkan diri mengunjungi blog yang selalu bertemakan masalah tak berkesudahan ini. Ayo kita berjuang dan lakukan perubahan. Bersenang-senanglah selagi muda. Apa maksudnya? Lakukan banyak kebaikan selagi muda, dobrak impian sebanyak-banyaknya, dan tebar manfaat pada sebanyak-banyak ummat. Sebelum tua, sebelum punggung kita bungkuk, sebelum berjalan pun susah, lakukan SEMUANYA! Gila-gilaan dan habis-habisan dalam mewujudkan mimpi karena Allah bukankah masa yang paling fenomenal? Mari guncang peradaban! Allahu Akbar!

Komentar

Postingan Populer