Kamu Bisa, Inshaa Allah Bisa!


Hari ini, saya belajar banyak dari seseorang. Ya, seseorang yang secara usia adalah adik saya, namun secara mental menjadi kakak bagi saya. Anggap saja namanya, Arini. Ya, Arini kelahiran tahun 1996, setahun lebih muda dari saya. Namun ajaibnya, sayalah yang harus banyak belajar darinya.

Siang tadi, kami bertemu di kantin kampus. Seperti biasa, saya menjadi pendengar yang baik. Tak selamanya kita harus bicara banyak, bukan? Sebab dengan mendengar, banyak hal yang kita dapatkan. Ya, saya selalu senang mendengar ceritanya. Bahkan, di tengah perkuliahan pun, sempat-sempatnya saya berdiskusi banyak hal dengannya. Hari itu, ia berikan secarik kertas pada saya. Saya terdiam, lalu membaca apa gerangan yang ditulisnya.
"Jika masih ada do'a terbaik diantara do'a terbaik, maka tetap lantunkan do'a terbaik itu"
Saya berpikir keras, apa maksudnya? Arini tersenyum. Ia tatap lekat-lekat mata saya. "Nadia, selagi kamu punya impian yang tinggi, tetap pertahankan impian itu. Jangan pernah merasa puas dengan impian yang biasa. Maksimalkan! Bukankah Tuhan mengikuti prasangka hamba-Nya?

Arini, benar. Selama ini saya tak mampu memanajemen waktu dengan baik hingga pada akhirnya saya frustasi sendiri. Pernah ada niat untuk bolos kuliah? Bohong jika saya katakan tidak. Pernah berpikir untuk pindah jurusan? Pernah, sering malahan. Namun, apa alasan saya bertahan? Sebab, saya yakin ada rencana Tuhan yang indah di balik semua ini. Walau saya tak pintar, walau saya tak mahir, bukan berarti saya tak boleh belajar, bukan? Bahkan sebodoh-bodohnya seseorang, tak ada yang melarangnya untuk mencoba, bukan? Lalu, mengapa kamu nyerah?

Baru saja saya membaca sebuah untaian indah dari buku Ahmad Rifa'i Rif'an. Begini katanya, 


"Kullun muyassarun lima khuliqa lah" demikian sebuah pepatah arab mengatakan "Segala sesuatu akan dimudahkan untuk apa yang ia diciptakan untuknya." Inilah yang biasa kita sebut passion.
Ahmad Rifa'i Rif'an benar. Kebanyakan orang-orang besar yang namanya kita kenang dalam sejarah adalah orang-orang yang mempunyai kekhasan talenta. Mungkin saja kita lemah di bidang ini, namun belum tentu di bidang lainnya. Inilah mengapa para drop-outan kampus banyak yang menjelma menjadi orang-orang besar, sebab ia FOKUS pada hal yang digemarinya. Jadi, berhenti menyalahkan diri sendiri. Kamu bisa, inshaa Allah BISA!

Makanya, tak boleh ada kata menyerah. Kamu hebat, lebih dari yang kamu bayangkan. Saat seseorang meragukan kemampuanmu, ingatlah, masih ada sepuluh orang yang menaruh harapan besar padamu. Mereka percaya kamu akan tumbuh menjadi pribadi yang hebat, lalu apa alasanmu untuk tak percaya? Mereka saja percaya kamu bisa, mengapa kamu tidak?
Dobrak semua pintu yang tertutup. Jika tidak cukup sekali, ya dua kali. Bahkan jika perlu, berkali-kali! 

Berulangkali mata saya basah, betapa dosen-dosen di kampus menaruh kepercayaan yang besar pada kami, mahasiswa. Saya masih ingat, apa yang dilontarkan oleh Ketua Jurusan saya di dalam kelas.

"Siapa yang berani mengatakan kalian mahasiswa kelas dua? Siapa yang berani mengatakan kalian bodoh? Kalian sama dengan mereka semua, terserah itu Universitas apa. Kalau ada yang berani mengatakan kalian seperti itu, lapor pada saya, biar saya marahi mereka!"

Mendadak, mata saya basah. Apa yang disampaikan hati akan sampai ke hati, bukan? Saya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang dosen merangkap sebagai ayah? Dan inilah yang terjadi pada dunia perkuliahan saya. Hati saya bergetar hebat, seolah mendengar kalimat itu dari ayah saya sendiri. Saya merasa dibela habis-habisan di hadapan orang yang memandang kami sebelah mata.

Jadi, apa yang saya bisa? Belajar dengan giat, merengkuh impian kuat-kuat, berharap, agar kelak bisa menebar manfaat, pada sebanyak-banyak ummat. Agar, pembelaan mereka tak sia-sia. Terima kasih, Bapak. Kepercayaanmu amat berarti bagi kami. Terimakasih Arini, saya belajar banyak. Amat banyak.

Benarlah kata Bu Guru saya dulu, "Walau kita tak punya Ibu, tak punya ayah, namun banyak yang akan menjadi ayah ibu kita, asal kita mau menimba pengalaman darinya. Saudara pun demikian. Lihat, hidup tak hanya seputar teori, namun penuh dengan praktikum kehidupan!

Komentar

Postingan Populer