Saya di BPM FMIPA UNP?


Ya Allah, hari ini luar biasa. Pagi ini, ketika jam menunjukkan pukul 06.35 WIB, saya sudah meninggalkan rumah. Memang, ini hari libur. Namun, ada agenda besar yang perlu saya tuntaskan dan selesaikan. Tibalah saatnya, kepengurusan ini berakhir. Sudah setahun lamanya, semenjak saya bergabung dengan organisasi legislatif yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup, Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FMIPA UNP. 

Masih terekam jelas dalam ingatan saya, ketika itu saya diperkenalkan mengenai BPM oleh salah seorang kakak tingkat saya. BPM, sebuah organisasi kampus yang bergerak di bidang legislatif. Mulanya, tak ada sensasi apapun yang saya rasakan, hingga hari ini saya benar-benar terjebak di dalamnya. Terjebak dalam artian saya tak bisa lagi keluar, sebab saya begitu menyayangi rekan-rekan seperjuangan saya. Saking sayangnya, saya menganggap mereka seperti keluarga saya sendiri. 

Itulah hari pertama saya menghadiri sidang yang sesungguhnya. Apa yang bisa saya lakukan? Tak ada! Saya bahkan tak mampu bicara di depan umum, amat takut mengemukakan gagasan, bahkan lutut saya bergetar harus melakukan apa dalam rangkaian sidang ini. Sungguh, sebuah momen yang memprihatinkan menurut saya.

Ya, saya sama sekali tak mempunyai pengetahuan apapun dalam sidang. Bahkan, saya tak pernah bicara keras, menyebutkan argumen dengan lantang, maupun menanggapi usulan yang dikemukakan oleh peserta BPM baru lainnya. Saya benar-benar merasa takut, takut salah, takut salah ambil tindakan.

Namun, apa yang terjadi? Allah swt kembali menunjukkan pada saya sesuatu di luar dugaan saya. "Kun Fayakun", "Jadilah, maka jadilah ia". Benar, sesuatu terjadi tiga puluh menit setelah sidang dimulai. Tibalah waktunya untuk Pemilihan Badan Perwakilan Harian (BPM) FMIPA periode 2015.

Tak lama setelah Ketua Umum terpilih, tibalah saatnya untuk pemilihan Sekretaris Umum. Apa yang terjadi? Seseorang mengusulkan nama saya. Sontak, saya terperanjat. Tak pernah terlintas dalam benak saya untuk menduduki jabatan Sekretaris Umum. Sungguh, tak pernah! Tuhan tunjukkan kuasa-Nya pada saya dan saya benar-benar terperangah dibuatnya.

Saat itu, tiga nama calon diajukan dan diminta untuk memperkenalkan diri ke depan. Namun saya benar-benar tak tahu mengapa pada akhirnya sidang memutuskan saya terpilih menjadi seorang sekretaris umum. Bayangkan saja, seseorang yang tak pernah terjun di ranah politik terpilih begitu saja. Bukankah rencana Tuhan selalu saja mencengangkan? Bahkan menurut saya, dua nama calon lainnya jauh lebih baik dibandingkan saya.

Itulah awal mula saya terlibat dalam ranah politik yang menurut saya sendiri tak sesuai dengan passion saya. Ya, saya tak pernah bicara keras, tak pernah berani untuk tegas, lalu saya bisa apa? Namun, alhamdulillah satu tahun itu terlewati. Saya menyadari, begitu banyak kekurangan. Belum bisa saya merangkul teman-teman semua, belum bisa saya memutuskan suatu perkara dengan baik, belum bisa saya bersikap tegas. Namun, terima kasih untuk rekan-rekan BPM FMIPA UNP yang senantiasa menguatkan. Sungguh, tanpa kuasa Tuhan, tanpa bantuan dari rekan-rekan, saya adalah seorang loser yang akan berlari meninggalkan medan perang. Maaf, ya. Maaf untuk semua kekurangan.

Saya yakin, Tuhan punya maksud tertentu untuk semua yang terjadi. Pada akhirnya saya tau, kita boleh lembut, namun di balik kelembutan itu tersimpan sebuah ketegasan. Kita boleh ramah, namun pada suatu waktu kita harus marah, agar kesalahan itu segera diperbaiki dan tidak terulang untuk kedua kalinya.

Ini adalah satu hari yang bersejarah dalam hidup saya, dimana saya harus rela meninggalkan rekan-rekan yang saya sayangi dan hargai. Namun saya yakin, inshaa Allah kepengurusan berikutnya akan lebih baik dari sebelumnya. Sepotong hati saya seolah lenyap, sebab kebersamaan itu telah mencapai batas waktunya. Namun yakinlah, Allah menyimpan sebuah rencana yang indah di balik semuanya. Sama halnya dulu, seorang anak yang pada mulanya tak bisa berbicara, lutut bergetar, akhirnya bisa bicara dengan lancar. Ya, hanya sampai disana kemajuannya, baru bisa bicara dengan lancar, namun belum mampu melakukan banyak hal.

Selamat kepada rekan-rekan terbaik yang telah terpilih. Joni, percaya dengan apa yang saya sebutkan saat sidang tadi dan saya menaruh kepercayaan yang besar padamu. Heru, akhirnya seseorang yang mencalonkan saya menjadi sekretaris umum dululah yang menjadi sekretaris umum untuk periode sekarang. Terima kasih atas kepercayaanmu selama ini. Percayalah, Heru seorang penendang bola yang hebat. Kemudian, Khirat. Teman, sahabat, juga saudari yang paling kusayangi. Selamat. Mungkin saat pencalonan sekretaris umum dulu, kamulah yang lebih pantas menjadi sekretaris, sobat! Ya, kamulah yang lebih pantas.

Tiga rekan terbaik, berjuanglah bersama, saling menguatkanlah sama-sama. Ada Melisa, Ezy (ingat cerita kita malam itu? Dan, kata-katamu terbukti benar. Ini, tentang seseorang. Ya, seseorang), rekan-rekan BPM 2016 juga akan membantu. Kita tak sendiri, kita melakukan semuanya, menghadapi semuanya bersama-sama. Berjuanglah rekan-rekan terbaik! Kalian adalah keluarga yang luar biasa.

Terima kasih banyak saya ucapkan pada Bang Aldi yang sudah setahun ini merangkap menjadi seorang Abang, yang tanpa ia sadari sudah mengajarkan saya banyak hal. Saya yang tak pernah berkata keras, akhirnya berhasil berkata tegas. Saya yang pada mulanya selalu minder, pada akhirnya mencoba menegakkan kepala. Terima kasih Bang Aldi, abang seorang pemimpin yang hebat! Selanjutnya, terima kasih pada kakak-kakak terbaik, kak Yosi, kak Mae, kak Tria, kak Lola, kak Biva yang telah merangkap menjadi kakak yang senantiasa menguatkan. Kak Yosi, kak Mae, maaf, nadia terlalu sering mengeluh, terlalu sering merepotkan, terlalu sering minta arahan. Kakak berdua, kakak terbaik! Terakhir, terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu ada, menyemangati, menguatkan, menemani, hingga hari ini. Terima kasih Khirat, Ezi, Melisa, Heru, Joni, Yulia, Ola, Ilmi, Debi, Huma. Sungguh, terima kasih..

Ya Allah, terima kasih karena telah mempertemukan hamba dengan orang-orang luar biasa ini. Syukur alhamdulillah. Syukur alhamdulillah. Saya belajar banyak, amat banyak.

Komentar

Postingan Populer