Sepucuk Surat Untukmu, Ikhwan

Ah, lagi. Andai mereka, kaum lelaki tau, bahwa tak seharusnya hanya wanita yang 'menjaga'. Bahkan seorang lelaki pun harus menjaga sikapnya, wibawanya. Kami paham, fitrahnya kutub yang tak sejenis itu selalu tarik menarik. Namun, bukankah Allah meminta agar kita 'menjaga'. Menjaga semuanya, baik itu pandangan, perkataan, bahkan perbuatan. Apa alasannya, agar hati kita tak terusik, agar kedekatanmu dengan Rabb tak terganggu.

Ini adalah sepucuk surat untukmu, Ikhwan. Hanya bermaksud saling mengingatkan dalam kebenaran, tidak lebih, tidak kurang. Ikhwan yang kumaksudkan bukanlah mereka yang anak forum saja, melainkan semua lelaki tak terkecuali. Bukankah sejatinya, laki-laki yang beragama Islam itulah yang disebut ikhwan?

Begini. Pernahkah kau kirimkan kami pesan singkat yang sama sekali tak ada hubungannya dengan hal-hal penting? Pernahkah kau di dalam pesan singkat itu menanyakan kabar kami, menanyakan apakah kami sudah shalat atau belum, sudah tilawah atau belum, sudah makan apa belum? Jika pernah, jangan ulangi lagi. Sebab, perhatianmu mengusik hati kami, meregangkan kedekatan kami dengan sang Pencipta. Kami mohon, berhentilah. Kami rindu kedamaian menghiasi hati.

Kau juga pernah melemparkan kata-kata pujian pada kami, bukan? Berhentilah melempari muka kami dengan pasir. Sungguh, pujian itu melenakan dan membuat kami terlupa. Jangan beri kami perhatian, sebab perhatian umpama madu. Sekali diberi, kami terus mengharapkannya. Tak pernahkah kau berpikir betapa bahayanya itu?

Jika kau berkomunikasi dengan kami, kurangilah tersenyum. Kembali, hati kami terusik akan hal itu. Kurangilah bercanda, sebab bercanda pun ada batasnya. Kenapa begitu banyak larangan? Sebab, hati kami terlampau rentan. Rapuh, tak setangguh yang kau pikirkan.

Sejujurnya, tak ada yang lebih baik dari menjaga pandangan. Betapa bahagianya hati kami saat seseorang berbicara, namun tak langsung menatap ke arah kami. Itu adalah sebuah penghargaan yang luar biasa dari seorang ikhwan. Mereka menjaga, karena tau kami begitu berharga. Terima kasih untuk hal itu.

Jika kau 'menyukai' kami, mohon jangan ditampakkan. Kemaslah segumpal rasa itu dalam sebuah peti bernama DIAM. Karena apa? Ini belum waktunya, bukan? Jadi, apa yang kami harapkan? Cukup berkomunikasi untuk hal yang penting dengan ekspresi yang datar.

Bukankah 'mereka' yang benar-benar menyukaimu tak akan tega mengusik kedekatanmu dengan Rabb-mu melalui sms-an, telfonan, bahkan chattingan. Mereka tau, hatimu terlampau rapuh sehingga mereka berusaha menjaganya sebaik mungkin. Membiarkan semua keinginannya menjelma menjadi butiran do'a, mengharapkan dirimu baik-baik saja dimana pun berada. Membiarkan dirinya tersiksa, agar kamu senantiasa terjaga. Adakah yang lebih elegan dari itu?

Makanya, jangan 'terlampau baik'. Sebab, jika kau 'terlampau baik', kami bisa saja salah mengartikan. Terserah kau ingin dekat dengan siapa, namun kami tetap mengharapkan seseorang yang tak pernah dekat dengan siapa pun. Terserah kau penasaran dan mencari tau tentang seseorang sedalam apa, yang jelas jangan jadikan kami sebagai sebuah pelampiasan dari rasa penasaranmu. Kami bukan novel misteri yang harus kau cari tau sampai sedalam itu. Kami bukan barang yang bisa dilihat dan dinilai, namun jika kau tak suka, dibuang begitu saja.  

Pesan ini bukan kami tujukan untuk semuanya, hanya bagi sebagian ikhwan yang pernah melakukan hal ini di luar kesadarannya. Bukankah kewajiban setiap muslim untuk saling mengingatkan? Bagi yang wanita, kuharap jangan terlalu mudah jatuh hati. Jika kita tak izinkan hati ini jatuh hati, maka hal itu tak akan terjadi. Kalaupun kau menyukai seseorang begitu dalam, ingatlah, bahwa Allah Maha Pembolak Balik Isi hati. Jadi, apa yang bisa kau harapkan darinya?

Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Perbaiki akhlak kita, sedikit demi sedikit. Charge kembali keimanan kita, dekat-dekatlah dengan Allah swt. Jika kau punya masalah, adukan semua permasalahannya kepada Allah, dalam sujudmu, dalam tangismu, dalam butiran doamu. Bukankah Allah sebaik-baik tempat kembali? Jadilah wanita yang hebat, yang hanya jatuh hati pada seseorang yang telah ditakdirkan untuknya. Jangan jatuh cinta, namun bangunlah cinta disaat yang tepat. Belajarlah setia dari sekarang. Bagaimana caranya? Jaga sikapmu dan perkataanmu. Sungguh, 'menjaga' itu juga harus hukumnya untuk dirimu, wahai akhwat (wanita dalam panggilan Islam).

Ahmad Rifa'i Rif'an pernah mengatakan hal seperti ini. Cinta bukan terbentuk dari keakraban dan pendekatan yang tekun. Namun, cinta tercipta dari kecocokan jiwa. Jika itu tiada, cinta tak akan ada, bahkan dalam hitungan milenia. 

Apa maksudnya? Intensnya pertemuan tak menjamin apapun. Tadi sore, teman baik saya menayangkan sebuah movie maker. Satengah jam lamanya saya pelototi movie maker walimahan tersebut. Ah, lagi. Pertanyaan saya terjawab dengan sendirinya. Apa yang saya saksikan? Seseorang merekamnya diam-diam sebagai hadiah untuk walimahan mereka. Jadi, segala peristiwa yang terjadi di dalamnya sama sekali tak disadari oleh kedua pihak yang melangsungkan walimahan. Dalam tayangan tersebut, seorang ikhwan dan seorang akhwat sedang dalam penantian menjelang proses ijab kabul. Mereka berada di tempat yang berbeda. Dalam lamanya penantian, apa yang mereka lakukan? Muraja'ah (mengulangi hafalan). Ya, muraja'ah, itu yang sama-sama mereka lakukan. Mereka melakukannya dengan tenang dan syahdu, Hati saya kembali bergetar hebat. Bagaimana bisa keduanya melakukan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan padahal mereka di tempat yang berbeda. Ya Allah, sungguh, hati saya bergetar hebat. Ketika saya selidiki, ternyata keduanya adalah seorang hafiz Qur'an. Mereka hafal 30 Juz di luar kepala! Ya Rabb, pantas saja wajah mereka dinaungi cahaya. Betapa menyejukkannya wajah mereka setiap kali dipandang. Inikah wajah mereka yang dekat dengan Al-Qur'an? Mashaa Allah. Keduanya tampak amat bahagia, prosesinya pun amat dimudahkan Allah swt, yang berdatangan pun amat banyak. Mashaa Allah, Allahu Akbar!

Jadi, apa yang dimaksud kecocokan jiwa? Inilah maksud sebenarnya. Mereka yang punya kesamaan, sama-sama dekat dengan Allah swt. Mereka tak pernah kenal kata pacaran, yang ada hanyalah ta'arufan, itupun tanpa ketemuan. Ya, itulah info yang saya dapatkan dari teman baik saya.

Hari ini, saya meyakini sesuatu. Air tak akan bercampur dengan minyak. Mereka yang baik, inshaa Allah akan mendapati pendamping yang baik juga. Yakini itu! Saatnya memperbaiki diri, menjaga hati, dan memoles akhlak lebih indah. Semangati perubahan. Bukan hanya karena jodoh, namun yang utama adalah karena Allah semata.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer