'Mereka Berdua'

Tuhan amat baik. Ia pertemukan aku dengan orang-orang super baik dari mana saja. Sekarang, aku dikelilingi oleh keluarga kecil yang hangat, ada abang-abang, kakak-kakak, juga saudara-saudara yang amat kusayangi. Ya, aku menyayangi mereka semua, sama halnya seperti aku menyayangi ibu, juga adik. Ketika aku bisa menyayangi mereka semua, kenapa diantara 'mereka' seolah ada batas yang tak dapat ditembus? Apa yang salah? Mengapa itu terjadi?
Aku tau. 'mereka' sama-sama baik, sama-sama pengertian. Bukankah seharusnya air dengan air dapat menyatu dengan utuh? Kenapa ini tidak?
Andai 'mereka' tau, sekeras apapun mereka mencoba mengajarkan kami akan makna kekompakan, semua itu tak ada artinya jika antara 'mereka' tak pernah ada kata 'kompak'. Apa susahnya saling menerima kekurangan? Apa sulitnya saling melengkapi? Walau di luar semua kelihatan baik, kami yakin semua tak sebaik yang tampak di luar.
Hei, kapan terakhir kali kita rapat bersama berempat? Kapan kita saling bertukar pikiran tanpa beban? Ah, aku rindu masa itu, masa dimana kita semua dapat mengobrol dengan hangat bagai keluarga kecil yang bahagia.
Kini, apa yang salah? 'Mereka' memang tak memaksa kami untuk memilih, namun pada akhirnya kami dituntut untuk memilih. Bagaimana mungkin kami dapat memilih, sedang keduanya adalah keluarga yang sama berartinya?
Tuhan, baikkan hubungan diantara mereka Tuhan. Jangan ada lagi perselisihan, leburkan dinding batas itu hingga mereka dapat menyatu dengan utuh, Tuhan. Aku rindu keluarga kecil itu, ataukah semua itu hanya fatamorgana yang mereka tawarkan pada kami? Semudah itukah mereka tarik ulur sebuah ikatan bernama keluarga?
Aku harap, mereka berdua yang kumaksud membaca tulisan ini. Aku dan kakak tak meminta banyak, hanya berharap mereka berdua baik-baik saja, tak ada perselisihan lagi, tak ada dinding batas lagi. Apakah permintaan kami berlebihan? Sudahlah, lepaskan rasa gengsi itu. Kembalilah seperti dulu, saat kita bisa rapat, tanpa ada benalu. Kaderisasi, itulah kita.

Komentar

Postingan Populer