Sekali Keluarga, Tetap Keluarga.


Berharap, siapapun yang pergi dan akan pergi, mereka baik-baik saja dimana pun berada. Mereka temukan keluarga baru yang sama baiknya. Mereka perjuangkan impiannya dengan cara yang paling keren. Bukankah kita akan menghebat bersama?

Mengapa kami cemas? Karena kami disini bersama, sedang ia sendirian memperjuangkan semuanya. Ya, ia sendirian sekarang. Jadi, bagaimana mungkin kami tak cemas? Bagaimana mungkin kami tak marah jika ia tak memberi kabar?

Sudah adakah temannya disana, yang memukul pundaknya sekuat tenaga saat ia mulai lemah?

Sudah adakah keluarga barunya disana, yang akan menjenguknya dikala sakit, menjadi bagian dari tempatnya berkeluh kesah?

Siapa yang akan memarahinya jika ia salah? Apakah ia baik-baik saja dengan semua perbedaan yang ditemui?


Kami marah? Bukan, sama sekali bukan wujud kemarahan, melainkan ungkapan kehilangan.

Jadi, kuatlah. Jangan ada air mata lagi, jangan ada status penuh kegalauan lagi. Kuatlah untuk waktu yang lama. Memang, setelah pertemuan ada perpisahan. Namun ingatlah, setiap perpisahan ada reunian, dengan cara yang tak pernah kita duga dan sangka. Kita syukuri setiap untai detik yang telah kita jalani bersama. Memang pisah itu pasti, tapi bahagia adalah pilihan. Selagi masih ada waktu, ayo kita lakukan banyak hal lagi, lebih menantang lagi, lebih gila lagi, lebih frontal lagi.


Semua kisah akan menjelma menjadi kenangan yang indah. Yakinlah. Kuucapkan terima kasih yang tak terhingga pada kakak, abang, dan teman-teman yang telah menjadikanku bagian dari keluarga. Mereka yang tak pernah marah, walau aku dan teman-teman salah dan banyak tingkah. Mereka yang rela meninggalkan semua kesibukannya hanya untuk mengajari kami banyak hal mengenai hidup. Mereka yang selalu berkata semua akan baik-baik saja, walau kutau semua tak akan sama baiknya jika mereka tak disini.


Kakak yang tak pernah Tuhan berikan, abang yang tak pernah Tuhan titipkan, dan saudari-saudari yang tak pernah Tuhan kasih, ternyata semua diserahkan Tuhan begitu saja dalam balutan yang jauh lebih indah bernama keluarga. Jadi, apa alasanku tak bersyukur?


Pergi untuk kembali. Itu benar. Jadi, kakak abang tak akan mencari rumah lain untuk pulang kan? Itu adalah janji, dan janji adalah ikrar yang harus ditunaikan.


Bagi yang pergi, hati-hati di negeri orang. Jangan banyak berulah apalagi bertingkah. Jaga impian itu tetap berkobar. Bukankah telepati paling indah sesama insan adalah doa? Doa kami mengiringi perjalananmu, inshaa Allah. Baik-baik, ya.

Bagi yang akan pergi lagi, yang ingin kusampaikan tak banyak. Gunakan waktu yang tersisa sebaik mungkin, semata-mata demi kebermanfaatan ummat. Detik demi detik akan berlalu dengan begitu cepat. Jadi, ayo kita buat kenangan yang lebih banyak, lebih gila lagi. Jangan pernah berhenti, impian perlu diperjuangkan.



Apa hal yang kutakutkan? Disini, tak ada yang lebih tua lagi. Tak ada tempat mengadu, tak ada tempat mengeluh. Bukankah menjadi dewasa adalah hal yang ditakutkan semua orang? Jadi, jangan paksa kami untuk merasa baik karena kami tau itu tak sama baiknya jika kakak abang pergi.


Meninggalkan atau ditinggalkan, mana yang lebih sakit? Aku tak tau. Hanya saja, keduanya sama tak menyenangkan, keduanya pilihan yang buruk. Tapi, bukankah gelapnya malam akan tergantikan dengan sinar matahari yang menghangatkan? Satu yang tak berubah, kakak dan abang adalah keluarga. Sekali keluarga, tetap keluarga. Tak ada yang berubah, ingat itu.

One big family. Mungkin itu adalah sebuah lagu yang konyol untuk kita nikmati malam itu. Tapi apa? Terngiang, bahkan hingga detik ini. Kau adalah kakakku, kau adalah abangku. Kita keluarga besar! Yang mampu melakukan hal-hal menggelegar dengan cara yang kadang tak masuk akal!

Terima kasih karena telah memerankan diri menjadi sosok kakak dan abang untukku dan juga teman-teman. Terima kasih tiada hingga. Terima kasih karena sudah memberi teladan yang amat baik tanpa kakak dan abang sadari. Kami belajar banyak hal sekarang.


Kepergian bukan berarti tergantikan. Tak seorang pun bisa menggantikan, yakinlah. Jadi, pergilah dengan tenang dan bawalah kemenangan. Hidup hanya menunggu giliran, bukan? Suatu saat, kami akan menyusul. Maaf kepanjangan. Hanya dihadirkan bagi yang ingin membaca sampai akhir. Jangan ada yang marah, baca aja, apa susahnya? :) Sekali lagi, terima kasih kakak, abang. Terima kasih, Acikita Padang.

Komentar

Postingan Populer