Rangga, berhenti!

 

Kamu tau, betapa keras perjuangan wanita untuk menjaga dirinya baik-baik kapan dan dimana pun? Betapa banyak malam yang dilewati dengan meredam ketakutan itu rapat-rapat, sendirian, tanpa ada yang menemani? Apa kamu juga tau bagaimana ia berlari dengan suara nafas memburu tiap kali merasa ada sosok mencurigakan yang mengikutinya? Apa kamu tau? Tidak, kamu tak sepenuhnya tau. Ya, kamu tak pernah tau hal itu, Rangga!

Lalu, apa kamu pernah ada untuknya, menanyakan kabarnya, atau bahkan memastikannya aman dari kejauhan? Hei, Rangga, kamu tak pernah punya waktu untuk melakukan itu, kan? Yang kamu pikirkan, mereka akan baik saja, tanpa penjagaan, tanpa pengawasan.

Itulah zamannya sekarang, sebuah masa yang menuntut kami mahasiswi juga ikutan pulang malam. Bukan hanya karena tugas kuliah, namun juga sesuatu yang cukup mendesak di luar perkuliahan.

Betapa sering kami menahan isak tangis, karena yang kami tau, tak seorang pun ada untuk kami. Mungkin, yang akan cemas, tidak tidur, dan berulangkali menghubungi kami adalah ibu. Ibu yang tak pernah merasa lelah menunggui anaknya. Ibu yang tak pernah mengenal batas untuk memastikan anaknya baik-baik saja.

Hei, Rangga. Kamu hanya berani menyukai anak gadis orang, kan? Ya, hanya menyukai, tanpa ada niat melindungi. Karena apa? Belum ada komitmen di hatimu, sedikit pun.
Rangga, jika kamu berani menyukai seseorang, itu berarti kamu bersedia untuk menjaganya dari kejauhan, memastikannya baik kapan dan dimana saja. Bukankah itu pembuktian?

Rangga, jangan egois. Jika belum sampai ke tahap itu, kamu tak berhak untuk menyukainya? Kenapa? Karena kau hanya ada saat senangnya. Kemana dirimu saat ia membutuhkanmu, atau bahkan terancam bahaya? Kemana?

Jika belum siap menyukai seseorang, pendam rapat-rapat. Jangan sekalipun beri dia perhatian, karena bagi wanita, perhatian ibarat madu yang kelak menjadi candu. Berhenti tanyakan kabarnya, atau bahkan menghubunginya. 

Rangga, kuperingatkan sekali lagi. Jangan dekati dia. Karena apa? Karena kamu sendiri masih goyah. Mari baikkan diri.

Komentar

  1. Nad, rasa-rasanya baca tulisan ini cuma sekali helaan napas (lebai), jelas sekali ada emosional yang tertahankan nad hmm

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer