Sebuah Cerita tentang Pacaran dan Kehilangan
Hari ini, nomor asing
menghubungi saya. Dengan perasaan ragu, saya mengangkatnya pelan. Lama terdiam,
tiba-tiba saya dengar suara seorang wanita. Familiar sekali. Ya Allah, ternyata
dia adalah Diana, teman masa kecil saya. Teman yang amat saya sayangi dan selalu
ajak kemana pun bersama. Terdengar isakan kecil dari seberang. Diana menangis,
begitu memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya. Ada apa dengan Diana? Sudah
belasan tahun tak berjumpa dan bertukar kabar, tetapi mengapa suara isakan
tangis yang harus mengawali perjumpaan kami? Ada apa sebenarnya?
Diana menangis
tersedu-sedu. Hei, Diana orang yang kuat. Tak pernah saya melihat dia menangis
sekeras ini. Aduhai Tuhan, apa yang terjadi pada teman masa kecilku ini? Apa
yang sebenarnya terjadi?
Selang beberapa menit
kemudian, ia bersikeras untuk menceritakan sesuatu. Isakan sekali-kali masih
mengiringi setiap ucapannya. “Nadia, hidupku kacau, Nadia! Hidupku kacau!”. Aku
hanya terdiam, tak tau harus mengawalinya dari mana. “Sudah dua tahun ini aku
pacaran dengan seorang lelaki. Namun, aku baru tau ternyata ia sudah beristri.
Aku tak bisa meninggalkannya. Aku khilaf, Nadia. Aku khilaf.” Setelah
mengucapkan kalimat itu, Diana kembali histeris. Menangis dengan begitu keras.
Diana. Jika saya bicara
tentangnya, maka Diana ibarat embun. Ia kalem, cekatan, peka melebihi orang
kebanyakan, dan yang terakhir, dia itu amat baik sehingga saya selalu suka
duduk di dekatnya, berjalan bersamanya, bahkan curhat kepadanya. Diana, orang
yang jika kita tatap bola matanya, maka di dalamnya kita akan temukan sebuah
tekad yang bagaikan api. Ya, ia adalah orang yang sederhana dengan aksi-aksi
yang membahana. Wanita sederhana yang membuat diri saya takluk dan jatuh cinta.
Diana menceritakan
semuanya, tak satupun yang terlewatkan. Dimulai dari perkenalannya dengan
seorang lelaki berusia 27 tahun di negeri seberang. Negeri yang kita kenal
sebagai sebuah kawasan metropolitan. Diana semenjak tamat SMA, pergi merantau
dan bekerja disana. Mulanya, tak banyak yang berubah dari kehidupannya, sampai
suatu ketika lelaki itu mendatanginya, menjadikan dirinya sebagai salah satu
tempat bergantung disaat tak siapapun yang ia kenal di negeri asing ini. Diana
yang tak pernah kenal kata pacaran, mulai terbiasa pergi malam mingguan bersama
lelaki itu. Setiap hari kebersamaan mereka semakin dekat karena bekerja di
tempat yang sama. Bahagia memang, sampai sesuatu terjadi. Sesuatu yang membuat
Diana tak mampu meninggalkan lelaki itu. Bisa ditebak apa yang akan terjadi
saat nafsu senantiasa menggentayangi. Ya, pada akhirnya, kesuciannya terenggut
oleh lelaki yang salah. Lelaki yang menurut saya biadab karena berani menyentuh
teman baik saya. Apa yang dilakukan lelaki itu? Hal terbaik yang ia lakukan adalah
meninggalkan Diana, pergi dengan istrinya ke sebuah tempat yang jauh.
Diana menangis,
menjerit, teriak, bahkan sudah mendatangi rumah lelaki itu untuk meminta
pertanggungjawabannya. Lelaki itu lari begitu saja. Selama ini, sebenarnya
sudah banyak yang memberi tahu Diana bahwa lelaki itu sudah beristri, namun
nafsu membutakan mata hati sahabat baik saya itu.
Masih di seberang
telfon, ia menangis keras. Matanya sudah pasti bengkak. Hei, apa yang bisa kamu
lakukan di situasi sepertinya? Apa artinya jika kesucian itu telah direnggut
dari kita, wanita? Ini ironi, inilah tragedi yang sesungguhnya. Diana, sahabat
baik saya yang selama ini dikenal sebagai pribadi yang taat, rajin shalat,
mengapa harus mengalami hal seperti ini?
Benarlah agama yang
melarang kita muda-mudi untuk pacaran, untuk telfonan, sms-an, chattingan.
Karena jauh-jauh hari, Allah sudah tau hal seperti ini akan terjadi. Kita bukan
dilarang untuk zina. Kita bahkan dilarang untuk hanya ‘mendekati’nya. Karena
kita tak pernah tau kapan hati kita sedang taat, kapan hati kita penuh maksiat.
Lingkungan akan mempengaruhi kita lebih dari 70 %.
Lelaki yang baik tak akan tega mengusik kedekatanmu dengan Rabb-mu. Ia akan mengemasnya dalam sebuah peti bernama diam. Ia tau, ia belum begitu kuat untuk menjaga kekokohan imannya. Ia bukan pribadi egois yang akan mengungkapkan perasaannya jika suka, melainkan ia simpan rapat semuanya dalam kesenyapan. Biarlah hatinya bergemuruh, asal hatimu jangan. Biarlah ia tersiksa, asal kamu damai. Lelaki baik selalu mempertimbangkan semuanya dengan matang. Menyerahkan semuanya kepada sebaik-baik tempat berserah.
Karena saya sahabat
baik Diana, maka saya akan mengatakan dengan lantang bahwa benar ia bersalah.
Sayangnya seseorang bukan diukur dari halus santunnya dalam berbahasa,
melainkan mereka yang sayang akan berkata benar jika temannya benar, dan
berkata salah jika temannya salah. Dan apa yang Diana lakukan adalah salah,
dengan arti kata harus ada resiko yang diterimanya.
Namun, apakah hidup Diana
berakhir? Tidak, di seberang telfon ia berjanji akan mengemasi hidupnya, menata
hidupnya lebih baik lagi. Susah memang, susah! Namun, Diana adalah pribadi yang
kuat, seseorang yang berani memulai dan berani mengakhiri.
Sahabat, ingatlah
selalu. Kita tak akan pernah belajar jika kita tak pernah salah. Dan
sebaik-baik pembelajaran adalah pengalaman. Memang pengalaman yang kita alami
luar biasa pahitnya. Namun, percayalah, kelak itu akan menjadi pembelajaran
yang baik untuk banyak orang. Bagaimana mungkin kita akan tau dampak nyata dari
pacaran jika tak diibrahi langsung dari kejadian ini?
Diana, kamu baru di
seperempat jalan. Masih ada tiga per empat jalan lagi yang harus kamu lewati.
Kuatlah. Kamu boleh nanya pada siapapun, tapi keputusan akhir tetap di
tanganmu. Jangan lagi harapkan lelaki biadab itu. Jangan lagi!
Diana, aku menyayangimu
karena kamu itu amat baik. Berhentilah mengharapkannya, karena selemah-lemah
akar tempat bergantung itu adalah manusia. Bergantunglah pada Allah,
sebaik-baik akar tempat bergantung. Jalan hidupmu masih panjang. Yakinlah, dua
tiga tahun lagi, kamu akan menertawakan kebodohanmu di hari ini, di masa
lalumu. Jadikan itu sebaik-baik pembelajaran dan renungan untuk orang-orang di
sekitarmu.
Diana, kuatlah. Aku
tau, kamu terpuruk, ingin mengakhiri semuanya sekarang juga. Namun, ingat lagi.
Tuhan mengirim kita ke dunia ini bukan untuk kesuksesan, bukan untuk kekayaan,
bukan untuk mencari kebahagiaan, bukan juga untuk sebuah kata bernama
penyesalan. Tuhan mengirim kita kesini, ke tempat ini, adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Orientasi duniamu hancur sekarang? Iya, hancur. Tapi hanya
sekarang, belum tentu di masa datang. Namun, bagaimana dengan orientasi
akhiratmu? Masih terbuka lebar.
Diana, kembali pada
Tuhan, yuk. Saat kita mendekat padanya selangkah, ia dekati kita puluhan
langkah. Saat kita mendatanginya dengan berjalan, ia datangi kita dengan
berlari. Tuhan amat baik. Allah amat baik, bukan. Saking baiknya, kita terisak,
menggigil menahan tangis, menahan isakan.
Diana, saat kita
kembali, maka Tuhan maha Pengampun untuk setiap dosa hamba-Nya. Jangan pernah
berputus asa dari rahmat Allah. Betapa banyak orang yang masa lalunya kelam
hari ini menjadi ‘orang-orang besar’ yang memberi pencerahan pada ummat. Aku
berharap, salah satunya itu kamu, Diana.
Diana. Yuk, kita dekati
Tuhan sama-sama. Ayuk melangkah menapaki syurga bareng-bareng. Mereka yang
berlumur dosa, maka mereka akan kehilangan kesombongan bahkan keangkuhannya.
Mereka tak lagi merasa lebih baik dibanding orang lain. Yang penting menurut
mereka adalah penilaian dari Allah. Lihat, betapa menggetarkannya itu.
Bagaimana dengan kami
yang merasa diri kami baik-baik saja? Sesuatu yang terlihat di luar belum tentu
seperti yang di dalamnya. Apa jadinya jika kami yang merasa baik-baik saja
tersimpan sedzarrah saja kesombongan? Hei, kami tak bisa masuk ke syurga-Nya.
Jadi, kami belum tentu baik dalam pandangan Allah. Doakan juga kami, ya Diana.
Agar tak secuil pun rasa sombong dan angkuh singgah di hati.
Selamat berbenah.
Seperti apapun yang akan terjadi, kita adalah teman. Sampai kapanpun. Sekarang,
aku yang menguatkan. Ada saatnya nanti, kamu yang menguatkan. Mari menghebat
bersama, Diana. Mari kita dekati lagi Tuhan. Aku menyayangimu. Maafkan kami
yang terlalu sibuk memikirkan diri sendiri sehingga kadang lupa menegurmu jika
salah. Maafkan aku yang tak sempat menanyai kabarmu disaat kamu butuh seseorang
untuk menceritakan semuanya. Aku juga salah! Aku yang salah!
Hari ini, tanggal 28
Mei 2016. Mari kita tengok apa yang akan terjadi pada tanggal yang sama, bulan
yang sama, di tahun 2017. 28 Mei 2017, sudah seperti apakah dirimu? Aku
menantikannya, dan ingat, aku juga tak akan kalah. Aku menyayangimu, Diana.
Amat menyayangimu. Kuharap semua ini, karena Allah.
Hari ini kamu jatuh, namun lihatlah. Saat kamu bangkit nanti, kamu akan menjadi pribadi yang jauh lebih bersinar dari sebelumnya. Pribadi yang bergantung pada sekuat-kuat akar dan sebaik-baik tempat kembali. Kuatlah, kamu bisa dan kamu mampu... Diana, aku menanti dirimu yang dulu. Dirimu yang dulu akan segera menemani harimu. Percayalah. Jika kamu percaya, maka Allah akan mengiyakan. Bukankah kekuatan pikiran dapat meng-on dan off-kan gen? Bukankah Allah mengikuti prasangka hamba-Nya?
Diana, aku tau kamu kuat. Kuatlah, membaiklah. Ini adalah lembaran baru. Gelapnya malam akan segera terlewati dengan hadirnya mentari saat pagi menjelang. Sahabat, mohon doanya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya Diana. Doakan dia agar dapat bangkit, agar dapat kembali pada Tuhannya. Doakan ia damai dan tenang dalam menjalani hidupnya. Doakan dia, agar dihadirkan seseorang yang baik, untuk membimbingnya, mendampinginya nanti, hingga akhir menjelang. Aamiin, aamiin, aamiin.
Diana, aku tau kamu kuat. Kuatlah, membaiklah. Ini adalah lembaran baru. Gelapnya malam akan segera terlewati dengan hadirnya mentari saat pagi menjelang. Sahabat, mohon doanya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya Diana. Doakan dia agar dapat bangkit, agar dapat kembali pada Tuhannya. Doakan ia damai dan tenang dalam menjalani hidupnya. Doakan dia, agar dihadirkan seseorang yang baik, untuk membimbingnya, mendampinginya nanti, hingga akhir menjelang. Aamiin, aamiin, aamiin.
Komentar
Posting Komentar