Mencuri Ilmu

Bismillah. Saya tulis ini sebagai salah satu wujud syukur saya atas karunia Allah yang amat indah siang ini. Hari ini, seusai bangun, saya langsung mencuci pakaian yang telah saya rendam sejak semalam. Karena kebetulan ada janji menemui dosen, akhirnya saya mencari akal. Jika biasanya saya mencuci dengan kecepatan 1 baju per menit, maka sekarang saya harus mencuci dengan kecepatan tiga baju per menit. Apa yang terjadi? Berhasil! We can if we want to do it!

Ah, maaf, bukan itu inti cerita saya. Nah, setelah bersiap-siap, akhirnya saya berangkat ke kampus dengan semangat membara. Setibanya di kampus, saya bertemu dengan beberapa kakak tingkat. Karena dosen yang akan saya temui belum datang, akhirnya saya menghabiskan waktu mengobrol dengan 'beliau-beliau' yang lebih senior. Ya, kita harus mencuri ilmu dalam keadaan apapun kepada siapapun, bukan?

Tak butuh lama menunggu, akhirnya beliau, dosen yang saya temui datang. Saya segera berlari menghampiri. Ya, ada sebuah misi yang ingin saya tuntaskan hari ini dengan beliau. Mengapa saya suka berinteraksi dengan dosen? Karena, disanalah ladang ilmu. Saat kita berbincang barang sebentar dengannya, maka tampaklah kerdilnya diri yang harus segera dikemasi. Banyak orang bertanya, bagaimana bisa dosen dijadikan sahabat? Tentu saja bisa. Saya masih ingat saat seseorang mengatakan bahwa di dunia luar sana, dosen dan mahasiswa itu akrab, ibarat sahabat. Jadi bukan tidak mungkin teori tersebut diberlakukan di Indonesia, bukan? Tergantung dari bagaimana cara pandang kita. Namun satu hal yang perlu ditekankan, 'sayangi mereka'. Terserah itu guru TK, guru SD, guru MTs, guru SMA, bahkan dosen selaku gurunya universitas, semua harus kita sayangi. Menyayangi semudah membalikkan telapak tangan, dengan catatan niat kita adalah semata-mata belajar semua hal baik darinya.

Misalnya saja, saat saya menemui Ibu dosen saya hari ini, begitu banyak pelajaran hidup yang dapat saya ambil, bahkan teladani. Beliaulah dosen PA saya, yang amat enerjik dan bersemangat, yang pertemuan dengannya adalah salah satu nikmat yang harus saya syukuri.

"Nadia, wanita itu lebih baik di rumah Nadia. Selagi anak kita masih kecil, masih bayi, maka kita harus selalu bersamanya. Kita ndak bisa percaya sama orang asing. Karena, mereka belum tentu sayang anak kita. Nadia bisa tebak apa yang akan dilakukannya kepada anak di belakang kita? Kita tak bisa jamin itu."

"Nadia, seorang wanita harus memasak. Apa yang anak makan, harus kitalah yang memasak. Karena disana ada kontak batin."

"Nadia, coba lihat, betapa banyak anak hebat yang dididik oleh seorang Ibu yang titelnya adalah Ibu rumah tangga."

"Nadia, ibu rumah tangga yang sarjana, beda lho cara mendidiknya dengan ibu rumah tangga yang tak sekolah."

"Nadia, hubungan dengan dosen, guru, siapa saja yang mendidik kita, bina, jaga, dan pertahankan. Karena silaturrahmi dijaga itulah, doa-doa dari mereka mengangkat kita ke tempat yang tak pernah kita sangka.

"Nadia, jangan pernah sekalipun berburuk sangka. Jangan pernah menyimpan dendam. Bertemanlah dengan siapa saja, karenanya, hatimu akan terasa lapang."


Lihat, berapa banyak ilmu yang kamu dapatkan? Mereka yang baik adalah mereka yang jika kamu berbincang bersamanya, maka hatimu akan terasa hangat.

Komentar

  1. senangnya bisa mempunyai dosen pa yg begitu perhatian... bagi-bagi terus ilmunya nadiaa biar mila bisa curi ilmu ndia hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer