Forum Lingkar Pena (FLP)


Bismillah. Hari ini, seseorang kembali mengingatkan saya untuk membaca basmalah setiap memulai sesuatu, hingga setiap prosesnya inshaa Allah bernilai pahala. Sekarang sudah menunjukkan pukul 22.49 WIB. Jujur, malam ini saya begitu capek, lelah, pengen rebahan sejenak. Namun, niat itu kembali saya urungkan. Ya, tadi sore, saya sudah bertekad di dalam hati, bahwa malam ini saya harus menulis. Sebenarnya, ada sesuatu yang terjadi siang tadi. Simak cerita saya baik-baik, sebab cerita ini spesial, hanya saya tuliskan dalam blog kesayangan. No facebook, no instagram.

Ini adalah hari Sabtu. Selagi tak perlu ke kampus, rencananya saya ingin istirahat saja di kosan seharian ini. Ternyata, saya dapat panggilan untuk rapat pagi ini pukul 10.00 WIB. Saya segera berkemas, walau sebenarnya begitu malas. Ya, saya masih memikirkan tugas akhir saya yang masih gantung, saya blank di satu titik, menyebabkan saya maju mundur dalam pengerjaannya. Setelah bersiap, saya berangkat. Dan apa yang terjadi? Seperti biasanya, bertemu dengan 'mereka' membuat beban saya terasa ringan. Bahagia sekali saat bisa tertawa dan bercanda bersama mereka. Ada Khairul (Direktur Utama), Dedi (Manajer HRD & Akademik), Tika (Staff Ahli HRD & Akademik), Yuni dan Pepi (Staff Ahli ADM). Alhamdulillah, sebuah nikmat yang luar biasa saat Allah memilih 'mereka' menjadi sahabat baik saya. Bimbel Madani Cendekia, merekalah orang-orang yang dibalik layarnya. Masih ada dua orang lagi, namanya Siska dan Bena, kebetulan mereka berhalangan hadir untuk rapat kali ini.

Pukul 11.35 WIB, sebuah pesan masuk. Itu adalah sms pemberitahuan dari Forum Lingkar Pena (FLP). Beberapa hari yang lalu, saya mendaftarkan diri dalam Open Requiretmennya. Awalnya, sama sekali tak terpikirkan oleh saya untuk bergabung, hingga akhirnya, seseorang memberi tau info tersebut lewat sms. Tak hanya sampai disana, beliau bahkan mengirimkan tata cara pendaftarannya dengan begitu lengkap. Saya berhutang banyak hal padanya, bahkan hingga hari ini, seseorang itu masih 'amat baik' untuk menyalurkan potensi saya di wadah yang menurutnya tepat.

Saat membacanya, saya tersentak kaget. Ternyata hari ini adalah pertemuan perdananya, dan bahkan saya belum mem-print karya yang harus dikumpulkan sebagai persyaratan. Masih satu jam lagi, namun saya masih gelisah. Pikiran saya mulai tak fokus, namun tetap saya coba untuk tenang. Tapi, bagaimana mungkin? Pustaka daerah saja saya tak tau tempatnya, mana pergi seorang diri. Ya Allah. Waktu terus berjalan, hingga pada akhirnya rapat berakhir pada pukul 13.05 WIB. Saya mohon undur diri pada teman-teman dan segera berlari kencang untuk pulang. Saya harus shalat, nge-print, lalu nyari angkot.

Sebenarnya, terpikir oleh saya untuk mundur karena titel saya yang mahasiswa tahun akhir. Namun, kembali saya ingat, "Saat seseorang begitu baik untuk memintamu datang, adakah alasan untuk menolak?" Saya rasa tidak. Dan, tak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua berjalan sesuai dengan rencana Tuhan. Ya, pasti ada sebuah rencana yang terselip di balik setiap fenomena yang kita anggap kebetulan sekali pun.

Tak menunggu lama, saya sudah selesai menunaikan shalat zhuhur, nge-print, bahkan angkot pun sudah dapat. Alhamdulillah semua dimudahkan, hingga saya menjejakkan kaki di tempat itu. Aula Pustaka Daerah di lantai empat. Seumur hidup, baru kali itu saya berkunjung kesana. Wah, disini adeem sekali. Benar-benar nyaman. Saat saya memasuki ruangan, tampak acara sudah dimulai. Saya berlari masuk. Sekilas, saya melihat tempat duduk laki-laki dan wanita dipisah. Namun karena saya menyangka tempat duduk wanita penuh, akhirnya saya menuju bagian belakang tempat duduk laki-laki. Saya melihat seorang kakak yang juga duduk disana, dan saya pun memilih duduk di sampingnya. Lima menit kemudian, saya seolah mendengar bisik-bisik dari arah tempat duduk perempuan yang terletak di sisi kanannya. Saya melongo. Hei, itu teman-teman saya, dan mereka sedang menertawakan saya! Waah, betapa tak pekanya diri ini. Akhirnya, saya langsung lari menuju mereka dan menempati sebuah kursi yang ternyata masih ada kosong. Ternyata kakak yang saya lihat tadi sedang menemani anak lelakinya. Ya Allah, pantas beliau duduk disana. Lupakan, saya memang pribadi yang kadang kurang peka. Jadi, mohon maklum.

Memang, saya tak lama duduk di tempat ini. Namun, ada sebuah aura yang sulit untuk didefinisikan. Saya merasakan kedamaian di tempat ini. Kebanyakan yang wanita jilbabnya lebar. Bahkan, tak jarang saya mengamati pancaran dari wajah mereka. Teduh dan enak diliat. Saya pernah baca, bahwasanya mereka yang sering bangun malam untuk berduaan dengan Allah, maka Allah akan membagi cahayanya, hingga manusia pun senang menatap wajahnya yang teduh lagi berseri. Laki-laki dan perempuan dipisah dalam setiap kegiatannya, hingga hati ini senantiasa terjaga. Ya, saya merasakan keamanan.

Pukul 16.05 WIB, MC meminta kami 'break sejenak' untuk menunaikan shalat ashar. Semua langsung menuju mushalla. Seusai shalat, saya menengok ke arah kanan dan kiri saya. Teman-teman saya begitu menikmati setiap gerakan shalatnya, berzikir dengan khusunya, dan berdoa dengan penuh pengharapan. Hei, ini organisasi kepenulisan, namun saya seolah berada di tengah-tengah lingkungan pesantren. Dalam hati, saya berbisik, betapa kerdilnya hati dan iman ini. Saya jauh ketinggalan, dan saya harus mengejar ketinggalan saya. Bahkan adik-adik itu ada yang Maba. Ya Allah, usia saya berapa tahun di atas mereka, ya. Kenapa saya begitu lengah dan lalai? Saya harus kembali! Saya harus bangkit!

Semua peserta kembali memasuki ruangan. Dan, dimulailah acara inti. Acara yang akan menjawab semuanya, "Mengapa kamu harus menulis?". Menulis. Pernah mendengar sebuah untaian, "Ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya?". Ya, itu kalimat yang ditayangkan pertama kali. Saat kita mendapat sebuah pengetahuan baru, ayo nulis, mudah-mudahan dengannya kamu senantiasa ingat. Berarti, apapun alasannya, saya tak boleh berhenti nulis. Semakin ditulis, maka semakin lengket ilmu itu di kepala. 

Kalimat berikutnya muncul. "Kita semua adalah guru peradaban!". Ya, benar. Kita adalah agen perubahan. Itu kalimat yang harus kita pegang erat-erat. Dengan apa kita mengubah sesuatu? Salah satunya adalah dengan tulisan. Betapa banyak Imam-Imam yang kitabnya masih dibaca beratus-ratus tahun kemudian. Dan apa yang kita tulis, akan besar pengaruhnya pada pemikiran orang lain. Kamu tau syiah? Bukan, bukan film nikah kontraknya. Bukan itu yang menyebabkan ajaran syiah dikenal orang banyak, melainkan semua bermula dari tulisan. Ya, bahkan film sebagus dan sepopuler apapun, berawal dari sebuah tulisan yang kelak akan mempengaruhi pola pikir orang-orang yang menontonnya.

Mungkin karena peserta yang hadir kebanyakan adalah mahasiswa, maka tak jarang pembicara juga menyinggung masalah hati muda-mudi. Beliau menyinggung tentang "Hati yang tak lagi perawan", dan saya benar-benar syok mendengarnya. Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan hati yang tak perawan itu? Yaitu, hati yang pernah mencintai orang lain. Ya Allah. Saya dan teman-teman merasa dihujam berkali-kali. Saya pernah mendengar puisi Panji Ramdana. Begini katanya, " Apakah ada wanita yang lebih baik dari yang selalu menjaga hatinya, lalu, adakah pria yang lebih baik dari yang selalu menjaga pandangannya?". Masalah hati adalah kepunyaan wanita, dan masalah pandangan adalah kepunyaan laki-laki. Semoga, kita dapat senantiasa membaikkan diri. Bukan main rasa malunya saat disebut hati yang tak lagi perawan. Semoga Allah ampuni kesalahan-kesalahan kita, yang kadang lebih ingat pada makhluknya dibanding Khaliknya sendiri. Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah...

Bagaimanakah karakter orang-orang besar? Mereka bukan hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain. Ya, iya hidup untuk menebar manfaat pada sebanyak-banyak ummat. Tak penting bagi mereka jika tak seorang pun penduduk bumi mengenalnya. Namun yang paling penting bagi mereka adalah bagaimana upaya agar penduduk langit mengenalnya? Mereka tak mengejar rating, bahkan kata 'populer'. Mereka hanya mengejar keridhoan Allah. Mereka jadikan apapun itu sebagai sarana ibadah kepada Allah, termasuk salah satunya adalah menulis.

Setiap kali membaca sebuah buku, jangan pernah lewatkan kata pengantar. Karena, kadang disanalah bersemayam ide-ide yang luar biasa. Mungkin kita bisa mencobanya dan menemukan sesuatu di baliknya.

Menulislah. Sebab dengan menulis, apapun yang kamu tulis usianya akan jauh lebih panjang dari penulis itu sendiri. Saat kamu telah tiada, bisa saja tulisanmu menusuk bahkan menginspirasi ribuan ummat manusia. Siapa yang tau? Karena buku akan selalu ada, bahkan saat telah ditinggal mati pemilik kata itu sendiri. Luruskan niat! Jangan pernah menulis hanya untuk popularitas, menulislah dengan sungguh-sungguh lagi tulus. Bahkan tanpa kamu minta pun, inshaa Allah kamu akan terkenal. Saat kamu mengejar dunia, maka ia berpaling darimu. Lalu, saat kamu mengejar akhirat, dunia justru mendatangimu. Tulislah apa saja yang kamu pikirkan. Tak perlu mikir dulu, baru nulis. Hajar saja, hantam, dan kerahkan semua ide-idemu. Selagi masih ingat, maka ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya.

Ini cerita saya hari ini. Semoga manfaat. Bantu doanya supaya saya istiqamah di lingkaran FLP ini, karena saya yakin, masih banyak ilmu yang belum tersedot. Mereka masih bersemayam di suatu tempat. Oh ya, mohon doanya agar tugas akhir saya lancar, ya. Semoga sahabat bahagia selalu, dimanapun itu.

Karena inilah, akhirnya saya paksa dan press diri ini untuk menulis. Ah, sekarang sudah pukul 23.50 WIB. Misi saya selesai. Ayo istirahat, lalu hadapi hari besok dengan semangat! Akhirul kalam.

Komentar

  1. Luar biasa Nad!! Bahkan fani pun tepar semalam Nad :D Tapi alhamdulillah, masih ingat apa yang terjadi kemarin, ini cerita fani, Nad

    http://rissamagrib.blogspot.co.id/2016/08/selamat-datang-di-dunia-sunyi.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer