Gas Mulia Juga Sendirian, Tapi Dia Stabil
Mengapa aku memilih sendiri sementara di luar sana betapa
banyak pemudi yang menghabiskan waktu dengan kekasih-kekasih mereka? Setiap
saatnya ditelfon bahkan ditanyai kabarnya. Apa aku tak mengharapkan hal yang
sama? Tidak, untuk saat ini tidak. Karena pertemanan dengan orang-orang baik
jauh lebih berarti dibandingkan ikatan yang tak halal dengan seseorang yang
belum tentu jadi pendampingmu kelak.
Aku memang tak punya ‘seseorang’, namun sebagai gantinya
Allah kirimkan padaku ‘puluhan orang-orang baik’ yang sedikit demi sedikit
kucontoh indah perangainya, santun sikapnya, dan cemerlang pola pikirnya. Ya,
Allah Maha Baik, lalu apa lagi yang harus kutuntut pada-Nya yang memberi segala
yang kubutuhkan?
Aku ingin mengajar, maka Allah kirimkan seorang sahabat baik
bernama Khairul yang menawariku pekerjaan mengajar. Aku ingin punya kesibukan
yang positif, maka Allah kirimkan kak Iti yang menawarkanku ikut seminar public
speaking, cukup hanya membayar 120 ribu saat orang lain harus membayar 450
ribu. Aku ingin membaikkan diri, maka Allah kirimkan belasan hingga puluhan
sahabat baik yang siap memborbardirku dengan peluru kebaikan. Aku ingin
membahagiakan semua orang yang menyayangiku, sebagai gantinya Allah curahkan
kebahagiaan tak hingga melalui perantara yang tak pernah kusangka. Aku ingin
membuat Mama dan adik bangga, lalu aku berhasil melakukannya dengan sesuatu
yang sangat sederhana. Ya Allah. Betapa Maha Baik-Nya Engkau dengan segala
kemurahanmu. Lalu, apa lagi yang membuat kami berpaling dari-Mu Ya Allah?
Sendirian? Tidak, aku tak pernah sendiri. Selalu ada Allah
yang senantiasa menemani. Selalu hadir keluarga yang senantiasa menguatkan.
Selalu saja muncul sahabat-sahabat baik yang senantiasa mengokohkan. Bahkan di
sepanjang jalan, selalu ada saudari-saudari yang bersedia kupeluk kapan pun kubutuhkan.
Lalu, apa lagi yang membuatku mendustakan segala nikmat-Nya?
Aku punya seorang Mama yang super! Yang bahkan masih bisa
merangkulku saat aku terduduk dan tak bisa bangkit. Aku punya Papa yang hebat,
yang setelah tiadanya selalu dikenang baik orang-orang yang pernah mengenalnya
dan menjadi penyemangat hidupku hingga detik ini. Aku punya Bapak yang luar
biasa baik, yang selalu ada dan siap kapan pun aku butuh bantuan dan dukungan. Aku
punya dua adik laki-laki yang amat penyayang dan pengertian. Aku punya banyak
teman yang hebat lagi amat baik. Tak mungkin kueja namanya disini, karena
jumlahnya amat banyak! Lalu, apa lagi yang membuatku mengeluh?
Ya Allah, kebaikanmu yang tak pernah berhenti terkadang
membuatku tersipu malu sendiri. Dengan semua nikmat-Mu, apa yang baru bisa
kulakukan?
Lalu kembali ke pernyataan awal, bahwa aku bangga dengan
kesendirian seperti ini. Kesendirian yang benar-benar elegan lagi berkelas.
Jadi gas mulia? Tak ada salahnya, bukan? Tak punya maksud apapun menuliskan hal
ini. Pengen nulis aja, jadi anggukin aja, ya. Ayo, jomblo fi sabilillah! J
Komentar
Posting Komentar