Sekolah



1 Oktober 2016, pukul 23.29 WIB. Saya tak pernah tau apa tujuan Allah pertemukan saya dengan orang-orang ini. Apakah 'mereka' kelak akan menjadi titik-titik penting yang mengantarkan saya pada takdir? Entahlah, tapi yang pasti, saya merasa luar biasa bersyukur. Praktik Lapangan atau biasa disingkat PL, itulah rutinitas yang menyedot waktu saya belakangan ini. Pertama kali menginjakkan kaki di SMAN 3 Payakumbuh, hati saya mulai gentar. Mampukah saya menjadi seorang guru yang baik? Mampukah saya menjadi teladan untuk digugu dan ditiru? Apa mungkin saya bisa menempatkan diri saya sebagai seorang Ibu bagi mereka?

Saat melintasi mereka, salah satu mereka menyapa saya dengan panggilan, "Ibu". Tepatnya, "Ibu Nadia". Spontan, saya merasa kikuk. Saya belum terbiasa dengan panggilan yang satu itu. Sekali dua kali, saya masih salah ucap, memanggil diri saya dengan sebutan kakak. Namun apa? Mereka tetap panggil saya dengan sebutan, "Ibu". Panggilan Ibu, begitu menggetarkan.

Hari pertama sekolah, saya dan teman-teman PL yang satu tim menghadap kepala sekolah, Bapak Erwin Satriadi. Beliau berkata seperti ini,
"Mulai hari ini, katakan pada diri kalian bahwa saya adalah seorang guru! Jangan biarkan mereka memanggil kalian dengan sebutan 'Kakak' atau 'Abang'. Buat mereka memanggil kalian dengan sebutan 'Bapak' juga 'Ibu'. Ya, kalian seorang guru mulai sekarang!
Bapak mengatakan itu dengan penuh semangat. Mendengar ucapan beliau membuat saya mengepalkan kedua tangan saya, bertekad, mencoba, berlatih, semampu saya.

Siang harinya, saya kembali melintasi anak-anak itu, dan mereka berucap seperti ini.
"Ibu, Bu. Lihat Diana, Bu. Dia ngelanggar aturan! Dia pakai kaos kaki warna-warni!"
 Saya kembali kikuk. Bagaimana saya menghadapi remaja tanggung ini? Dalam hati, saya merasa geli dengan masalah yang diutarakannya. Lucu sekali anak-anak ini. Lalu, saya tersenyum saja, dan mereka berkata seperti ini,
"Bu. Kami belum pernah melihat Ibu sebelumnya. Ibu, guru baru disini?" Ibu mirip Ria Ricis, ya Bu!"
 Ya Allah. Anak-anak gadis ini untuk kedua kalinya berhasil membuat saya tersipu malu. Saya kalah telak! Bagaimana mungkin anak SMA membuat saya kehabisan akal seperti ini? Sungguh, tak elegan!

Namun begitulah, saya sangat menikmati hari-hari saya di tempat ini. Semoga saya bisa berbuat sesuatu dan mengubah sesuatu. Waktu saya hanya dua bulan, dan selama dua bulan itu, saya harus meraup ilmu sebanyak mungkin. Sebelum kesempatan ini berlalu, sebelum akses saya ditutup ke tempat ini, maka saya benar-benar harus menikmati setiap detiknya, setiap harinya.

Saya tak tau kemana takdir akan menggiring saya. Namun tempat ini akan menjadi jawaban, apakah saya memutuskan akan menjadi guru atau tidak. Mohon doanya, Sahabat. Setiapkali ada masalah, yuk, curhat sama Allah, satu-satunya tempat kita bergantung. Allah dulu, Allah lagi, dan Allah terus, kata Yusuf Mansyur. :)

Komentar

Postingan Populer