Ta'aruf Islami

Pukul 23.27 WIB. Ketika mengetik tulisan ini, usia saya baru dua puluh satu tahun. Saya yakin, banyak teman-teman seumuran saya mempertanyakan hal yang sama. "Bagaimanakah tata cara ta'aruf yang islami menurut Islam?". Saya mendapatkan rekomendasi kakak untuk mendengarkan kajian agama dari Dr. Khalid Basalamah, MA. Sahabat bisa searching langsung di youtube. Beliau tegas dan bahasa kajiannya sangat memikat. Tap, tap, tap, demikian beliau menguraikan setiap kajiannya.

Lalu, kembali pada pertanyaan, bagaimana ta'aruf yang islami menurut Islam? Dalam menjalani proses ta'aruf, laki-laki dan perempuan tidak diperkenankan untuk berduaan, harus ada pihak lain yang menemani.

Pertama, kenalilah fisik dari calon pasanganmu. Pilihlah mereka yang menarik hatimu. Pernah dalam sebuah riwayat, seorang sahabat mempertanyakan mengenai anaknya yang terlahir berbeda dari kedua orang tuanya. Si ayah berkulit putih dan si ibu berkulit putih, namun anak yang terlahir warna kulitnya justru hitam. Si ayah mempertanyakan hal ini, karena bagaimana mungkin anaknya berbeda. Apa mungkin istrinya berkhianat? Itulah yang terpikirkan oleh sang ayah, hingga ia tanyakan perkara ini pada Rasulullah. Lalu, Rasulullah sampaikan sebuah analogi pada sang ayah. "Apakah semua anak kuda yang kamu miliki warnanya menyerupai sang induk?". Tidak, Ya Rasulullah. Kedua kuda warnanya putih. Namun anak-anaknya memiliki warna yang berbeda dengan induknya, ada yang berwarna putih, coklat muda, bahkan hitam", jawab sang ayah. "Maka demikian jugalah halnya dengan anakmu", ujar Rasulullah. Hal ini berhubungan dengan silsilah keluarga. Tak selalu sifat yang ayah dan ibu punya diturunkan pada anak. Bisa jadi sifat yang diturunkan berasal dari nenek atau bahkan kakeknya. Mungkin hal ini berkaitan erat dengan pelajaran biologi mengenai pewarisan sifat. Ada yang dominan, ada yang resesif. Dan saya sangat takjub mendapati Rasulullah sudah punya jawabannya semenjak 14 abad silam.

Kedua, kenali lingkungan keluarganya. Sesungguhnya, pernikahan bukan semata menyatukan mempelai laki-laki dan perempuan saja, melainkan menyatukan kedua belah keluarga. Tak mungkin jika menyukai seorang laki-laki, kita abaikan ayah ibunya, atau bahkan saudaranya. Keluarganya kelak akan menjadi bagian dari keluarga kita. Sehingga salah sekali jika ipar datang, dan kita tak membiarkannya masuk rumah.

Ketiga, kenali lingkungannya. Dalam hal ini, Ustad Khalid tetap tak membenarkan laki-laki dan perempuan untuk berdua-duaan, karena hal ini tergolong khalwat. Oleh karena itu, jika kita tetap ingin mengenali lingkungannya, mungkin dapat saling tanya lewat sms atau email. Pertanyaannya seperti ini. "Kalau ada waktu luang, biasanya dimanfaatkan untuk apa?". Dari jawabannya saja seharusnya kita dapat memprediksi orangnya seperti apa.
"Saya biasa menghabiskan waktu belanja bersama teman-teman di mall.
Dari jawaban seperti di atas bukankah kita dapat menebak bagaimana karakter orangnya?

Demikianlah tata cara ta'aruf menurut Islam. Menurut Ustad Khalid, saat datang seseorang yang baik agama dan akhlaknya, jangan pernah ditolak. Karena akan terjadi fitnah di muka bumi. Hal tersebut benar. Misalnya, seorang laki-laki terbiasa gonta ganti pasangan. Setelah menikah, ia belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Ini sudah menjelma menjadi karakter, dan tentu saja ini akan menjadi fitnah jika kita tidak mempertimbangkannya sejak semula.

Semoga Allah pertemukan kita dengan seseorang yang dengannya syurga terasa lebih dekat. Baikkan diri, pantaskan diri. Dengannya, setiap hari terasa penuh makna dengan perubahan-perubahan kecil yang kita lakukan.

Komentar

Postingan Populer