Ah, ini pasti gara-gara saya minum kopi, tak bisa tidur mata ini dibuatnya. Apa boleh buat, saya nulis saja, semoga banyak yang baca. Saya tau betul, bahwa mereka yang ingin mendapat lebih tidak akan menunggu postingan saya muncul di media sosial, melainkan membuka blog ini dan membaca isi di dalamnya. Semoga postingan ini bermanfaat ya, walau saya merasa masih awam sekali dalam hal pengalaman apalagi ilmu.

"Nadia, pernah tidak pacaran?". Seseorang menanyai saya tadi siang. "Tidak pernah", ujar saya. Masih tak percaya, seseorang ini terus bertanya, "Dari SD sampai SMA, ndak pernah pacaran?", ujarnya dengan wajah tak percaya. Saya mengangguk dengan yakin.

"Nadia, pernah tidak menyukai seseorang?" Jawabannya pernah. "Dengan siapa?" Rahasia!

Hari ini, saya berdiskusi dengan seorang sahabat. Delapan jam waktu kami habiskan untuk berdiskusi masalah apa saja, termasuk masalah memilih pasangan. Mendidik anak tidak dimulai dari setelah kita melahirkan, melainkan dimulai dari 'ketika kita memilih calon ayah'. Kenapa ayah? Karena sosok ayah jauh lebih krusial dibandingkan sosok suami. Bukankah kita akan menjadi pewaris generasi?

Jujur, saya awam sekali jika sudah membicarakan masalah pernikahan, keluarga, apalagi parenting. Tapi alhamdulillah, saya sering sekali mendapatkan informasi ini dari ibu, kakak, nenek, bahkan dari buku yang dibaca. Pada akhirnya, jika kita diminta memilih pasangan, maka yang pertama kali dilihat adalah agamanya.

Ada sebuah kisah, ini nyata sekaligus memilukan. Kisah ini bermula saat seorang wanita sudah memiliki perasaan khusus kepada seorang laki-laki. Wanita ini berharap sekali bahwa laki-laki inilah yang kelak menjadi ayah bagi anak-anaknya. Namun, waktu terus berjalan, laki-laki ini tak kunjung memberikan kepastian dan kejelasan. Datang menemui orang tua sang wanita saja ia tak sanggup. Masih terus membiarkan si wanita dalam penantian panjangnya. Beberapa waktu kemudian, wanita ini mengabarinya tentang suatu hal. Dunia seolah berakhir saat tau sang wanita dilamar oleh sahabat karibnya sang laki-laki! Apa yang bisa diperbuatnya? Tak ada. Akhirnya, wanita ini menikah dengan sahabat karibnya sang lelaki. 

Rasanya saya kesal sekali dengan sikap lelaki yang tak kunjung memberi kepastian ini. Tapi apalah daya, mungkin juga itu bukanlah jodohnya. Namun, bukankah pilihan juga harus diperjuangkan? Namun, saya justru  belajar banyak dari kisah nyata yang saya dapati dari kakak ini. Bahwasanya, tak selalu mereka yang kita inginkan yang akan menjadi pendamping hidup kita, melainkan seseorang yang akan menggenapi kekurangan kita. Catat baik-baik, bukan mereka yang kita inginkan, melainkan mereka yang kita butuhkan.

Ada sebuah masa ketika kita harus mendahulukan logika dari perasaan. Termasuk salah satunya dalam memilih calon ayah untuk anak-anak kita nanti. Jika datang seseorang yang baik agamanya, istiqarahlah, kemudian jika hatimu yakin, maka terimalah ia apa adanya.

Saya berteman dengan banyak karakter beragam. Namun setiap kali saya berbincang, pergi jalan, atau bahkan duduk di dekat 'mereka yang menjaga shalatnya', hati saya selalu merasa damai. Tak pernah mereka lontarkan kalimat yang menyakiti saya. Tatapannya menyejukkan, kata-katanya enak untuk didengar. Dari sinilah saya belajar, bahwasanya mereka yang 'menjaga shalatnya', maka akan takut sekali akan murka Tuhannya. Tak akan pernah ia menyakiti, apalagi menzalimi. Maka benarlah ketika Allah jadikan tolak ukur untuk memilih pasangan adalah agamanya.

Mereka yang suka berdusta, maka mereka akan terus saja berdusta, bahkan setelah menikah dengan orang yang sangat dicintainya. Mereka yang suka dekati wanita lain, maka akan terus saja mendekati wanita lain, bahkan setelah menikah dengan orang yang sangat dicintainya. Mungkin bagi beberapa orang tidak, namun sebagian besar hal itu memang benar-benar terjadi. Bagaimana mungkin kita akan mengubah karakter yang sudah tertanam selama belasan tahun? Bagaimana mungkin!

Karena itulah, Allah beri kita kesempatan untuk memilih. Maka pilihlah mereka yang baik agamanya, karena dengan bersamanya, surga terasa semakin dekat.

"Saya tak sanggup melepasnya, Nadia. Saya teramat mencintainya." Kata Allah, barangsiapa yang melepas sesuatu yang sangat dicintainya karena Allah, maka Allah berjanji akan menggantinya dengan yang lebih baik. Yakini itu, yakini itu.

Mana yang lebih bahagia, seseorang yang selalu memberimu bunga mawar setiap hari, atau seseorang yang akan memercikmu dengan tetesan air di sepertiga malam untuk membangunkanmu shalat tahajud? Lebih bahagia mana mendapati seseorang yang selalu menanyai kabarmu setiap hari atau seseorang yang selalu mengingatkanmu pada kebaikan? Jawab sendiri, ya.

"Nadia, aku punya masa lalu yang kelam. Apakah masih pantas aku dapatkan orang baik?"
Masih! Kesempatan terbuka sangat lebar, karena walaupun lembar sebelumnya dipenuhi coretan, lembar berikutnya masih kosong. Bersih tanpa noda. Hayo, mau diisi dengan kebaikan sebanyak apa? Karena jodohmu, adalah hasil ikhtiarmu, kata Khalid Basalamah.

Saya tidak baperan. Hanya berharap postingan ini dapat menjawab pertanyaan teman-teman saya. Semoga bermanfaat, ya. Do'anya, semoga Allah pertemukan kita dengan seseorang yang baik agamanya, indah akhlaknya, dan sangat sayang pada keluarga kita.

Aamiin.

Komentar

Postingan Populer