Sebulan belakangan ini, saya merasa diri ini 'terpakai sepenuhnya'. Akhirnya, saya menerima tawaran mengajar dari sahabat saya, dan nyaris setiap hari saya berlari mengejar angkot untuk sampai ke lokasi tujuan. Parah, kata banyak orang. Disaat saya terikat kontrak dengan tugas akhir, belum lagi mengingat jadwal dosen yang padat dan tak bisa bimbingan sesuka hati, saya ambil tawaran itu. Jaraknya lebih kurang 20 menit dari kosan jika ditempuh dengan kendaraan. Tepat jam tiga siang, saya sudah harus berada di lokasi. Saya tak bisa menebak siapa yang akan datang hari ini, entah itu siswa kelas X, kelas XI, atau bahkan kelas XII. Tiga hari pertama, saya sempat drop dan berniat mengundurkan diri. Belum lagi saat teman-teman memberi bayangan betapa banyaknya waktu tersita untuk pengerjaan tugas akhir. Bagaimana bisa kamu bimbingan sementara kamu harus mengajar nyaris setiap hari? Itu kata mereka.

Hingga suatu ketika, seseorang datang dan menyadarkan saya kembali. "Nadia, jangan pernah menyesal dengan pilihan yang sudah kamu ambil. Ingat, ini adalah kebaikan. Kebaikanmu untuk menolong anak-anak itu. Percayalah, Allah akan bantu dan mudahkan urusanmu." Jleb, saya diam, membulatkan tekad.

Hari demi hari terlalui. Saya yang sempat drop dan merasa tidak percaya diri mengajar, mulai merasakan kenyamanan. Disana ada Rakhel, Hendra, Nada, Fares, Khalil, Hani, Dinda, Ica, Yola, Tasya, Ami, Sonya, yang selalu hadir dengan canda tawanya. Menatap senyum mereka, rasanya beban di pundak hilang begitu saja. Saya senang sekali berada di tempat ini. Bahagia sekali, alhamdulillah. Ya, saya hanya perlu menjadi diri sendiri dan menyayangi mereka sepenuh hati. Tak perlu menjadi orang lain. Kamu ya kamu, tak akan pernah bisa mengkopi paste pembawaan orang lain.

Lalu, apa kabar dengan tugas akhir? Wah, luar biasa. Apa mungkin saya dapat bimbingan langsung dengan dua dosen di hari yang sama? Apa mungkin setelah bimbingan saya masih bisa pergi mengajar? Alhamdulillah bisa. Terasa sekali ucapan seseorang itu, Allah mudahkan urusan saya semudah-mudahnya.

Ayah saya orang labor, ibu saya orang kesehatan. Saya tidak ingin mengikuti jalan keduanya. Saya harus berdiri di atas dua kaki saya. Dan pendidikan adalah dunia yang saya pilih. Bidang yang membuat saya lupa waktu, lupa makan, lupa minum, bahkan lupa dengan beratnya tugas akhir. Saya berharap dapat menjadi seorang guru yang baik. Yang katanya selalu diingat, yang nasehatnya selalu didengar. Semoga suatu hari nanti, saya bisa ciptakan lapangan pekerjaan untuk banyak orang. Yang dengannya mereka bahagia, yang dengannya mereka merasa bermakna.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, itu yang saya selalu pegang. Bantu doanya ya, semoga tugas akhir ini segera kelar dan lancar. :)

Komentar

Postingan Populer