Mencintai Sang Mertua
Yang kucintai ini lahir dari seorang ibuberkuah peluh, berdarah-darah meregang nyawasetelah masa panjangYang kau cintai ini adalah permata hati ayahtangan yang pegal sepulang kerja pun sembuhbegitu menggendong balitanyaYang kau cintai ini mencintai ayah dan ibunyadan kekasih adalah ia yang mencintai kecintaan
Kekasih adalah ia yang mencintai apa-apa yang dicintai oleh
kecintaan. Dan bagian terbesar yang memenuhi jiwanya adalah rasa cinta yang tak
pernah padam pada sang ibunda. Maka, jangan pernah biarkan cintanya pada ibunda
terpinggirkan, hanya karena kamu telah menjadi istrinya di masa yang akan
datang. Jangan pernah lakukan itu, karena itu akan menjadikan hati ibu mana pun
terluka.
Orang tuamu, orang tuaku. Biasakanlah dirimu dengan kalimat itu.
Sayangi ibundanya sebagaimana sayangmu yang tak terkira pada ibundamu di rumah.
Doakan ibundanya sebagaimana doa yang selalu kamu bisikkan untuk ibundamu di
rumah. Dekap keduanya dengan erat.
Muncul beragam persepsi di kalangan masyarakat bahwa betapa
hubungan mertua-menantu seringkali tak harmonis. Banyak gesekan sana sini.
Hingga sang lelaki merasa bingung dalam mengambil sikap. Karena baginya, kedua
wanita ini sama berharganya. Mereka adalah dua ibu yang harus ia bahagiakan.
Pertama ibunya, dan yang kedua adalah ibu dari anak-anaknya. Maka jangan
biarkan suami dilema akan hal ini. Tentu saja ibunya lebih berhak atas dirinya.
Dan jangan pungkiri itu. Bukankah nanti kamu juga akan menjadi ibu atas
anak-anakmu?
Wanita, adalah mereka yang sering tenggelam dalam perasaannya
sendiri. Mereka lupa untuk menatap mertua dengan kacamata suami. Mereka lupa
bahwa mertua adalah ibunya juga. Mereka lupa bahwa suaminya yang berakhlak
mulia adalah hasil didikan dari sang ibu. Bagaimana mungkin kita sebagai istri
tidak memuliakan ibunya yang telah membesarkan sang suami dengan penuh kasih?
Problema yang terjadi dalam biduk rumah tangga seringkali
disebabkan istri yang merasa bahwa ia merasa memiliki suami dengan utuh. Hingga
saat mertua meminta suami pulang untuk menengoknya, istri terbakar oleh rasa
cemburu. Ya Tuhan, bagaimana mungkin kita merasa cemburu dengan ibu sendiri?
Biarkan suami mengunjungi ibunya kapan pun ia suka. Biarkan ibu melepas
rindunya. Ah, betapa tulus ibundanya merawatnya hingga menjadi seorang lelaki
yang gagah, lalu ia serahkan begitu saja padamu. Ikhlas. Adakah penyerahan yang
total melebihi itu?
Maka berjanjilah, kamu akan menyayangi ibunya seperti halnya ibumu
sendiri. Jangan ada cemburu yang tertahan. Jangan ada lagi kemarahan yang tak
beralasan. Sudahi prasangka yang bermunculan. Sudah, sayangi beliau. Itu saja.
Mereka yang menyayangi akan senantiasa disayangi. Batu yang keras
sekalipun akan terkikis jika ditetesi air tanpa henti. Maka kekasih adalah
mereka yang mencintai apa-apa yang dicintai oleh kecintaan, termasuk ibunya.
Cintamu pada ibunya tak mengenal ruang dan waktu. Tanpa henti. Murni. Hingga
permasalahan apapun terasa lebih ringan.
Suatu hari nanti, kamu akan paham apa yang beliau rasakan setelah
menjadi ibu. Maka selagi ada kesempatan, ayuk bantu suami agar bisa terus bakti
pada ibu. Berkali-kali. Bertubi-tubi. Tanpa henti. Karena Ilahi Robbi.
Kedatangannya dulu, adalah restu dari ayah dan ibu. Ingat itu
selalu. Tanpa restunya, kamu dan suami hanya dua insan yang mencintai tanpa
menikahi. Syukuri. Dengan menyayangi orang tuanya tanpa henti. Murni. Karena Ilahi Robbi.
Komentar
Posting Komentar