Mencintai Sang Mertua



Yang kucintai ini lahir dari seorang ibu
berkuah peluh, berdarah-darah meregang nyawa
setelah masa panjang
Yang kau cintai ini adalah permata hati ayah
tangan yang pegal sepulang kerja pun sembuh
begitu menggendong balitanya
Yang kau cintai ini mencintai ayah dan ibunya
dan kekasih adalah ia yang mencintai kecintaan
Kalimat ini diuntai begitu indah oleh Salim A. Fillah dalam bukunya, “Barakallahu laka Bahagianya Merayakan Cinta”. Dipinjami kak Vissa begitu saja untuk mempersiapkan pernikahan yang berselang seminggu lagi. Maka hari ini saya akan jabarkan beberapa hal yang menarik mengenai persiapan pernikahan, khususnya bagian ‘mencintai mertua’.

Kekasih adalah ia yang mencintai apa-apa yang dicintai oleh kecintaan. Dan bagian terbesar yang memenuhi jiwanya adalah rasa cinta yang tak pernah padam pada sang ibunda. Maka, jangan pernah biarkan cintanya pada ibunda terpinggirkan, hanya karena kamu telah menjadi istrinya di masa yang akan datang. Jangan pernah lakukan itu, karena itu akan menjadikan hati ibu mana pun terluka.

Orang tuamu, orang tuaku. Biasakanlah dirimu dengan kalimat itu. Sayangi ibundanya sebagaimana sayangmu yang tak terkira pada ibundamu di rumah. Doakan ibundanya sebagaimana doa yang selalu kamu bisikkan untuk ibundamu di rumah. Dekap keduanya dengan erat.

Muncul beragam persepsi di kalangan masyarakat bahwa betapa hubungan mertua-menantu seringkali tak harmonis. Banyak gesekan sana sini. Hingga sang lelaki merasa bingung dalam mengambil sikap. Karena baginya, kedua wanita ini sama berharganya. Mereka adalah dua ibu yang harus ia bahagiakan. Pertama ibunya, dan yang kedua adalah ibu dari anak-anaknya. Maka jangan biarkan suami dilema akan hal ini. Tentu saja ibunya lebih berhak atas dirinya. Dan jangan pungkiri itu. Bukankah nanti kamu juga akan menjadi ibu atas anak-anakmu?

Wanita, adalah mereka yang sering tenggelam dalam perasaannya sendiri. Mereka lupa untuk menatap mertua dengan kacamata suami. Mereka lupa bahwa mertua adalah ibunya juga. Mereka lupa bahwa suaminya yang berakhlak mulia adalah hasil didikan dari sang ibu. Bagaimana mungkin kita sebagai istri tidak memuliakan ibunya yang telah membesarkan sang suami dengan penuh kasih?

Problema yang terjadi dalam biduk rumah tangga seringkali disebabkan istri yang merasa bahwa ia merasa memiliki suami dengan utuh. Hingga saat mertua meminta suami pulang untuk menengoknya, istri terbakar oleh rasa cemburu. Ya Tuhan, bagaimana mungkin kita merasa cemburu dengan ibu sendiri? Biarkan suami mengunjungi ibunya kapan pun ia suka. Biarkan ibu melepas rindunya. Ah, betapa tulus ibundanya merawatnya hingga menjadi seorang lelaki yang gagah, lalu ia serahkan begitu saja padamu. Ikhlas. Adakah penyerahan yang total melebihi itu?

Maka berjanjilah, kamu akan menyayangi ibunya seperti halnya ibumu sendiri. Jangan ada cemburu yang tertahan. Jangan ada lagi kemarahan yang tak beralasan. Sudahi prasangka yang bermunculan. Sudah, sayangi beliau. Itu saja.

Mereka yang menyayangi akan senantiasa disayangi. Batu yang keras sekalipun akan terkikis jika ditetesi air tanpa henti. Maka kekasih adalah mereka yang mencintai apa-apa yang dicintai oleh kecintaan, termasuk ibunya. Cintamu pada ibunya tak mengenal ruang dan waktu. Tanpa henti. Murni. Hingga permasalahan apapun terasa lebih ringan.

Suatu hari nanti, kamu akan paham apa yang beliau rasakan setelah menjadi ibu. Maka selagi ada kesempatan, ayuk bantu suami agar bisa terus bakti pada ibu. Berkali-kali. Bertubi-tubi. Tanpa henti. Karena Ilahi Robbi.

Kedatangannya dulu, adalah restu dari ayah dan ibu. Ingat itu selalu. Tanpa restunya, kamu dan suami hanya dua insan yang mencintai tanpa menikahi. Syukuri. Dengan menyayangi orang tuanya tanpa henti. Murni. Karena Ilahi Robbi.

Komentar

Postingan Populer