Gimana Sih Rasanya Jadi Istri?


Pukul 01.38 WIB di kontrakan. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Betapa baiknya Allah yang masih perkenankan saya untuk terus menulis bahkan setelah status saya berganti menjadi seorang istri. Iya, tulisan di blog ini telah ada semenjak saya masih duduk di bangku SMA. Ada banyak tulisan yang menjadi kenangan. Syukur tak hingga pada sang Pencipta untuk setiap helaan nafas dan debaran yang dibiarkan senantiasa berdetak.

Alhamdulillah, saya dan suami telah memasuki hari ke-34 setelah pernikahan. Dan tetap saja setiapkali menatapnya, ada debaran yang tak biasa, ada saja rasa yang tak bisa diungkapkan. Setiap hari saya jatuh hati, lagi dan lagi. Maka benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan betapa nikmatnya pacaran setelah pernikahan. Tak ada lagi tatapan yang perlu dijaga, bahkan kalimat yang perlu ditata. Semua mengalir tanpa ada lagi yang perlu diredam. Maka, mekarlah kuncup-kuncup cinta setelah lama ditahan. Cinta mekar dengan indahnya.

Perasaan itu, Allah yang tumbuhkan. Maka nikmati setiap detiknya. Ikut aja apa kata Allah, maka yakinlah kamu akan bahagia. Kemas cinta itu dalam diammu jika belum siap, lalu ungkapkanlah dengan cara yang ma'ruf jika telah siap.

Hari ini saya ingin sharing mengenai rutinitas harian saya sebagai istri. Beberapa sahabat sempet nanya, apa sih bedanya rutinitas kita saat single dengan rutinitas kita saat double? Hehe. Bahagianya beda, ya. Kalau dulu masi sendiri, masi sering galau. Kalau udah nikah, alhamdulillah, hati jadi bener2 tenang. Ga ada pikiran buat galau2an lagi. Yang ada malah pikiran gimana cara bahagiain suami. :)

Saya mah, baru adaptasi jadi istri. Dan rasanya, setiap hari saya belajar hal baru. Mulai dari memahami karakter pasangan, nerima lebihnya, nerima kurangnya, apa sih senengnya, apa sih yang bikin dia sebel, apa makanan kesukaannya, ya begitu. Perlahan kamu akan tau semua tentangnya. Jadi ga usah banyak tanya dulu sebelum nikah. Karena kamu bakal ngenalin wataknya 100 persen baru setelah menikah.

Kalau dulu saat masi sendiri, saya sempet kerja di luar rumah. Ngajarin anak-anak. Jadi sepulang kuliah langsung lari tergopoh2 untuk ngajar kimia. Seneng ketemu sama anak2. Saya bisa sharing banyak hal, lagian mereka juga udah dewasa untuk diskusiin banyak hal. Alhamdulillah setiap harinya jadi terasa menyenangkan.

Namun seiring status yang berganti, sekarang setelah nikah, saya fokus di rumah. Sempet kepikiran buat ngajar lagi, tapi suatu hari, suami pernah nyinggung ini. "Nadia, kalau nanti nadianya kerja, tentu waktu kita untuk berdua ga sebanyak ini lagi. Kita akan sibuk masing-masing. Nadia juga akan capek. Nadia cukup ngajar anak-anak kita aja nanti, ya. Itu lebih dari cukup." Jleb, dan saya ga tau harus mau bilang apa lagi kalau suami udah bilang begitu. Lagipula, saya justru bisa lebih fokus untuk nulis jika stay di rumah. Alhamdulillah hampir setiap hari masi bisa posting, entah itu di blog, IG, maupun FB.

Bosan ga di rumah? Jawabannya, sama sekali ga. :) Alhamdulillah kontrakan nyediain akses wifi 24 jam. Jadi yang saya lakuin selama nungguin suami pulang ya bersih2, nyuci2, nyetrika, daaan masak. Iya, karena ada akses wifi, saya akhirnya buka youtube, pelajari berbagai macam resep masakan. Trus, saya catet deh di buku resep kesayangan untuk dipraktekin di sore harinya. Dan yang nyenengin itu bukan di masakannya, melainkan saat natap ekspresi suami yang makan dengan lahapnya. Wah, capek jadi hilang. Bahagia ngeliat senengnya suami. Jadi makin semangat untuk memperbaiki cita rasa. :)

Wanita, adalah mereka yang bangun paling awal untuk menyiapkan kebutuhan keluarga untuk selanjutnya tidur paling belakangan setelah memastikan semuanya baik-baik aja. Membahagiakan menjadi wanita. Dan betul kata dosen saya dulu, bahwa setelah kita menikah, maka kita akan siap untuk mementingkan keluarga dibandingkan diri sendiri. Masi terngiang ucapan Bu El, dosen saya, di hari menjelang pernikahan dulu. Memang betul apa yang beliau katakan.

Rasanya, menatap suami makan dengan lahap aja udah bikin kita kenyang. Bahkan jika rasanya suami mau nambah, kita bahkan rela bilang kita baru saja siap makan, agar suami mau ambil bagian dari porsi yang kita punya. Pokoknya kalau udah nikah itu, gimana suami bahagia aja. Itu.

Suami udah capek kerja dari pagi sampai sore, ya harus diapresiasi dengan pelayanan yang juga ekstra. Mulai dari apa yang dimakannya, nyaman tidaknya ia dengan suasana rumah, hingga menunjukkan wajah penuh keceriaan jika berhadapan dengannya. Hingga rumah menjelma menjadi surga kecil untuknya. Tempatnya pulang, melepas lelah, menghilangkan kejemuan. Jadilah bidadari untuknya, dalam setiap kesempatan yang ada.

Kita tak pernah tau, batas waktu yang Allah berikan. Maka, gunakanlah waktu yang tersisa dengan sebaik2nya. Jangan ada lagi pertengkaran, jangan ada lagi kebencian. Hadirkanlah kasih dan sayang dalam setiapkali perjumpaan. Syukuri kedekatan yang telah Allah curahkan. Betapa banyak pasangan di luar sana yang harus LDR bertahun-tahun lamanya karena alasan pekerjaan. Lalu, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Ada sebuah do'a yang indah, saya copy paste dari seseorang. Begini ungkapnya, "Ya Allah, sayangilah suamiku." Maka saya terus lantunkan doa itu dalam hati setiapkali menatap wajahnya. Kasih dan sayang ini, Allah yang tanamkan. Setiapkali ia berlari mendekat pada Tuhan, maka setiapkalinya juga rasa cinta itu mekar tanpa bisa saya redam. Lagi, lagi, dan lagi. Setiap hari, setiap kali, tanpa henti. Inilah kebesaran Ilahi Robbi, yang patut kita syukuri berkali-kali.

Setiapkali ingin memilih pasangan, maka dahulukanlah ia yang baik agama dan akhlaknya. Lalu, kamu pun merasa cocok dengannya. Istikhorohi berkali-kali. Karena menikah adalah perkara sekali seumur hidup, dan bahkan, kalau bisa tak terulang lagi.

Rully Arifin. Dia suami, sekaligus partner terbaik yang pernah ada. Makasih ya, bang. Untuk semuanya. Iya, semuanya. :)

Komentar

Postingan Populer