Rindu Kamu, Da


Gerimis mulai membasahi tanah. Sedang aku masih terpaku dalam diam. Tak mengapa, hanya terngiang momen saat bersamanya. Ketika ia selalu mendekapku sebelum terlelap. Mendekapku dengan kasihnya yang tak pernah sudah.

Kandunganku mulai menginjak usia empat bulan. Karena tak kunjung bisa makan bahkan sebaliknya aku terus memuntahkannya, akhirnya suami menawarkan opsi yang selama ini kami hindari. Long Distance Marriage (LDM) adalah opsi yang harus dipilih.

Tak ayal, setelah mengantarku pulang ke kampung halaman, suami kembali ke ibukota melanjutkan pekerjaannya. Baru berpisah tiga hari dan setiapkali mendapati sesuatu milik suami, mataku basah begitu saja. Aku merindukannya.

Rasanya setiap membuka pintu kamar, aku seolah menatapnya sedang terbaring lelap seperti hari-hari sebelumnya. Namun, seketika bayangannya lenyap. Dia tak ada disini lagi.

Begitupun saat ini, aku hanya terpaku menatap gerimis yang membasahi tanah. Mengenangnya dalam diam. Berharap dimanapun ia berada, Allah senantiasa menjaganya. Ketika seseorang telah menjelma menjadi bagian dari dirimu, disaat itu kamu akan merasa kehilangan banyak. Bahkan sesaat saja tak bersamanya.

Tak ada lagi dia yang setiap pagi bertanya, "Nadia hari ini mau uda belikan sarapan apa?".
Tak ada lagi dia yang selalu berkata, "Nadia, yang sabar, ya. Setiapkali nadia merasa mual, muntah, bahkan sakit, Allah menggantinya dengan pahala yang banyak".
Tak ada lagi yang selalu sedia meredakan tangis lalu menggantinya dengan tawa.

Ya Allah, aku merindukannya.

Bagiku, suami sepertinya adalah sebuah nikmat yang tak tertandingi nilainya. Maka semoga Allah balasi semua kebaikan uda. Nadia juga bakal kejar ketinggalan Nadia, Da.
Semoga Allah kuatkan kita dalam menjalani LDM ini ya, Da. Inshaa Allah nanti Allah akan menyatukan kita lagi.

Nadia sayang uda. Sayang sekali.
Ya Allah. Mudahkan rejekinya. Sayangi dia. Jaga dia. Aamiin Allahumma Aamiin.
We love you.

Komentar

Postingan Populer